Saparman Sodimejo yang lebih dikenal sebagai Mbah Gotho, berumur 146 tahun, akhirnya tutup usia pada tanggal 30 April 2017 dirumahnya, setelah sebelumnya sempat mendapatkan perawatan intensif di RSUD Dr Soehadi Prijonegoro karena kondisi tubuhnya yang lemah. Kabar meninggalnya mbah Gotho sontak mendapatkan banyak perhatian dari kalangan media Internasional. Hal ini lantaran beliau adalah salah satu orang yang mengklaim dirinya sebagai manusia tertua didunia, yang sekarang masih dipegang oleh Jeanne Calment, seorang wanita berkebangsaan Prancis yang tutup usia pada tahun 1997 di usianya yang ke 122 tahun. Sampai saat ini berita tentang kepastian kelahiran mbah Gotho masih simpang siur, ia memang tidak bisa mengingat dengan pasti kapan ia dilahirkan, namun sebelumnya mbah Gotho sempat mengaku bahwa dirinya masih ingat betul tentang pembangunan pabrik Gula yang terjadi di Sragen tahun 1880.

Sedangkan menurut yang tertulis di Kartu Tanda Penduduk (KTP) Indonesia, Mbah Ghoto lahir pada 31 Desember 1870 di Klaten Jawa Tengah. Jika informasi ini benar, berarti Mbah Gotho meninggal pada usianya yang ke 146 tahun, menggeser nama Jeanne Calment sebagai manusia tertua didunia yang hidup selama 122 tahun. Namun sayangnya nama Saparman Sodimejo (Mbah Goto) tidak bisa mencatatkan dirinya sebagai Manusia Tertua di Dunia secara resmi, Guinness World Records masih mencatat Jeanne Calment sebagai manusia tertua didunia, karena pemerintah Indonesia sendiri baru bisa merekam jejak hidupnya pada tahun 1900. Meski demikian masih ada kemungkinan bagi Mbah Gotho untuk menggeser nama Jeanne Calment sebagai manusia tertua didunia. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh cucunya, Suryanto dimana sebelum Mbah Gotho meninggal sempat ada periset dari AS yang mengambil sample berupa urine, darah, dan juga gigi dari almarhum Mbah Gotho.

Mbah Gotho akhirnya dimakamkan pada senin pagi di pemakaman umum setempat yang sebelumnya telah ia siapkan, bahkan pemakaman ini juga menggunakan sebuah batu nissan yang sudah dipersiapkan oleh almarhum sejak tahun 1992. Sebelum meninggal, Mbah Gotho sempat tidak mau makan dan minum. Selain itu almarhum juga tidak banyak bicara, beliau hanya menitipkan sebuah permintaan jika dipanggil yang maha kuasa, beliau berharap keluarga dapat melepasnya dengan ikhlas. Semasa hidupnya Mbah Gotho sempat ditanya soal hidup. Seperti yang ditulis di laman Jakartapost,  menurut beliau hidup adalah soal menerima takdir dengan sepenuh hati dan jangan terlalu serius. Hal ini terbukti bahwa Mbah Gotho sampai akhir hidayat masih suka ngerokok, dari kebiasaannya ngerokok sebungkus sehari dan mengurus halaman rumahnya begitu juga santai duduk di beranda. Terlepas dari benar dan tidaknya tanggal lahir Mbah Gotho, faktanya beliau memang sudah hidup dalam waktu yang sangat lama, bahkan sampai melampau saudara, empat istri, dan juga anak-anaknya.

Sumber : nydailynews.com, independent.co.uk, coconuts.coJakartapost


MTRPHN

Tergerak dengan hal-hal baru ataupun lama sembari mencoba untuk cari tau dan menyimpan hal-hal yang bisa saja terlupakan adalah apa yang memotifasi dirinya untuk menerjang tembok keterbatasan.

Artikel-artikel terkait