Google dan Tesla punya proyek prestisius membangun mobil pintar yang bisa berjalan sendiri. Untuk melakukannya, kedua perusahaan besar ini melibatkan banyak tenaga dan biaya yang tak sedikit. Namun, siapa sangka kalau ada seorang hacker jenius bernama George Hotz, atau dikenal juga dengan sebutan Geo Hotz, yang mampu melakukannya secara lebih efektif?

Pria kelahiran 2 Oktober 1989 ini memang dikenal sebagai sosok yang jenius. Dia menjadi sosok hacker pertama yang berhasil men-jailbreak iPhone milik Apple. Aksi nakalnya pun berlanjut dengan aktivitas pembobolan sistem keamanan PS3, yang akhirnya berujung pada tuntutan hukum dari Sony.

Dengan kemampuan otaknya yang cemerlang tersebut, tidak heran kalau perusahaan besar dunia pun sempat tertarik merekrutnya. Termasuk di antaranya adalah Google dan Facebook. Karier Hotz di Facebook tidak lama, berlangsung antara bulan Mei 2011 hingga Januari 2012. Sementara itu, dia juga turut dalam proyek bernama Project Zero yang dikembangkan Google di tahun 2014.

Namun, di tahun 2015 Hotz memilih untuk mendirikan startup sendiri yang disebutnya dengan nama Comma AI. Sisi jeniusnya pun terlihat semakin cemerlang saat mendirikan startup tersebut. Hotz berhasil menciptakan sistem self driving car yang lebih efektif dibandingkan sistem MobileEye yang digunakan oleh Tesla.

Wawancara dan cerita Geo Hotz atau dikenal sebagai George Hotz  dan projek self driving kit yang sedang dalam proses pembuatan. Video oleh ReasonTV.

Bahkan, CEO Tesla Elon Musk menyatakan ketertarikannya dengan teknologi Comma Ai. Dia berani menawarkan uang sebesar US$12 juta atau sekitar 162 miliar rupiah. Namun, penawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Hotz. Saat itu, dia malah berkata,” Saya hargai penawaran dari Anda. Namun, saya tidak sedang mencari kerja. Saya akan menghubungi Anda ketika telah berhasil mengalahkan sistem MobileEye”.

Berbeda dengan sistem yang dikembangkan oleh Google ataupun Tesla, Hotz memiliki modal terbatas. Oleh karena itu, dia tidak membangun mobil pintar dari awal. Sebagai gantinya, dia memiliki sistem plug&play yang bisa digunakan pada berbagai jenis mobil. Dengan begitu, pemilik mobil bisa mengubah mobilnya menjadi mobil self driving hanya dengan memasangkan kit milik Comma AI.

Kit tersebut dilengkapi dengan aplikasi pintar yang bernama Chffr (dibaca chauffeur). Aplikasi ini bisa di install pada berbagai smartphone Android. Keberadaannya berguna untuk membantu sistem dalam mempelajari kebiasaan berkendara pemilik mobil. Semua data tersebut dikumpulkan dalam satu tempat. Dari situ, sistem AI yang digunakan Comma AI bisa mempelajarinya. Pada akhir tahun 2018, Hotz berharap bisa memperoleh data berkendara sebanyak 1 miliar mil.

Menariknya lagi, biaya yang dibutuhkan juga tidak terlalu mahal. Hotz mengungkapkan, untuk melakukan transformasi tersebut, pemilik mobil hanya butuh biaya sebesar US$1.000. Mobil-mobil yang mendukung sistem milik Hotz antara lain adalah Acura ILX 2016, Honda Civic 2017-2017, Honda CR-V Touring 2015-2016, Toyota Prius 2017, dan lain-lain.

Hanya saja, rencana peluncuran produk ini terhambat oleh regulasi. Sejatinya, Hotz menginginkan agar kit canggih yang mampu mengubah mobil biasa menjadi mobil pintar ini tersedia di pasaran pada Oktober 2017 lalu. Hanya saja, National Highway and Traffic Safety Administration meminta kepada Hotz agar produk tersebut memenuhi standar keamanan nasional.

Namun, Hotz enggan memenuhi hal tersebut. Sebagai gantinya, dia malah menyediakan software-nya kepada publik secara open source, atau terbuka untuk dikembangkan bersama. Tujuannya adalah agar banyak orang yang berusaha untuk mengembangkan software tersebut dan mengganti mobilnya menjadi mobil pintar. Bagaimana kelanjutannya? Kita tunggu saja beberapa waktu mendatang.

Sumber : ReasonTV, Bloomberg, TheVerge, BusinessInsider


I.Baihaki

Penulis yang masih belajar menulis dengan benar dan masih setia dengan dua ponsel Nokia jadul.

Artikel-artikel terkait