Berdasarkan statistik dari worldenergyoutlook, bahwa tercatat di tahun 2013, sebesar 17% penduduk di dunia belum memiliki akses listrik, terutama didaerah pedesaan. Dimana penduduk desa masih mengandalkan lampu minyak tanah untuk penerangan di malam hari. Sangat disayangkan lampu tradisional dapat berakibat buruk di pernapasan atau kecelakaan yang mengakibatkan kebakaran sedangkan dengan menggunakan lampu tenaga matahari relatif mahal untuk wilayah pedesaan.

Lebih dari 1,3 miliar orang tidak memiliki akses listrik. Jutaan lebih memiliki fasilitas yang tidak  dapat diandalkan dan hanya ada sewaktu-waktu, lebih dari 2 miliar orang masih bergantung pada bahan bakar biomassa seperti minyak tanah untuk lampu. – Gravitylight.org

Dua ilmuan asal London  kini menciptakan solusi untuk penerangan tanpa harus menggunakan bahan bakar atau bahkan tenaga matahari. Martin Riddiford dan Jim Reeves  menemukan ide GravityLight lampu LED ramah lingkungan yang bisa menggantikan lampu minyak tanah. Dengan harga yang relatif sangat murah yaitu 5$, guna untuk dipasarkan ke negara-negara yang berkembang dan sebagai alat bantuan utama dalam kendala bencana atau gawat darurat.

Cara menggunakan GravityLight cukup mudah, yaitu dengan menggantungkan berat sebesar 8-12 kg ke lampu. Daya yang dihasilkan pun menakjubkan,  menerangi lebih dari 5 x lampu minyak tanah dan bisa bertahan sampai 20-25 menit, sampai pemberat turun ke lantai. Setelah itu tinggal menggantungkan kembali supaya nyala lagi. Lama durasinya tergantung  dari tinggi rendahnya beban yang diangkat dan seberapa kuat penerangan lampunya. Yep bisa di set juga logh terangnya.

Pertanyaannya yang saya dan kamu tunggu pastinya..Kok bisa ya hanya menggunakan gravitasi bumi?

Berdasarkan video dari Youtube channel smartereveryday, teknologi yang mengandalkan gravitasi bumi ternyata sudah ada semenjak ratusan tahun yang lalu. Salah satunya yang menggunakan teknologi tersebut ada di gereja Salisbury  berupa jam mekanik tertua di dunia. Di video, Chris Mckay, sang ahli jam yang ditemui digereja, menjelaskan hampir semua mesin yang berjalan cepat digunakan untuk menjalankan sesuatu yang berat dan besar. Prinsip kinerja mesin di jam justru terbalik, dengan pemberat yang bergerak pelan bisa menghasilkan tenaga berkali-kali lipat berkat bantuan roda-roda gigi, sehingga  tenaga yang dihasilkan walaupun terkesan pelan tapi memiliki daya yang diperkuat. Dengan reverse-engineering teknologi yang sangat tua tersebut maka GravityLight memiliki prinsip yang sama.

Siapa sangka ya ternyata menggunakan teknologi yang sangat tua dikombinasikan dengan yang baru bisa menjadi sebuah inovasi berharga. Sangat membantu dalam mengurangi kemiskinan dan menjadi alternatif terbagus untuk menggantikan lampu berbahan bakar minyak.

Kini GravityLight berhasil mengumpulkan dana via indiegogo untuk development inovasi baru seperti GravityLight 2.0 yang akan dirakit langsung di Kenya, Afrika Timur, yang sangat membutuhkan penerangan dan tentunya lapangan kerja. Versi kedua ini bakal jauh lebih efektif dibanding versi terdahulu.

Sumber : indiegogo, gravitylight.org, smartereveryday, worldenergyoutlook.org

Sumber foto terkait : gravitylight.org


MTRPHN

Tergerak dengan hal-hal baru ataupun lama sembari mencoba untuk cari tau dan menyimpan hal-hal yang bisa saja terlupakan adalah apa yang memotifasi dirinya untuk menerjang tembok keterbatasan.

Artikel-artikel terkait