
Tahukah kamu, hanya sepertiga hasil produksi pangan di dunia yang benar-benar dikonsumsi oleh manusia? Sedangkan dua per tiga bagian lainnya terbuang sia-sia. Di satu sisi, tercatat bahwa 795.000.000 orang di dunia tidak memiliki makanan yang cukup untuk menopang kesehatan mereka. Ironisnya, hanya segelintir orang yang peduli terhadap beberapa fakta di atas, dan salah satunya adalah Adam Smith.
Adam Smith adalah seorang ayah dan juga koki profesional yang telah bekerja di bidang industri kuliner. Ia telah menggeluti profesi tersebut selama empat belas tahun dan telah memiliki pengalaman di berbagai negara. Smith sempat menjabat beberapa gelar head chef di Australia dan UK. Kepedulian Smith terhadap masalah yang terjadi di bidang keberlanjutan bahan makanan mendorongnya untuk mendirikan The Real Junk Food Project (TRJFP) di UK pada tahun 2013.
TRJFP adalah sebuah perusahaan global organik yang mengolah makanan sisa menjadi sebuah menu lezat nan sehat. Selain itu, mereka juga menerapkan sIstem “Pay as You Feel” pada setiap café yang mereka miliki. Dalam sistem tersebut, pembeli bebas membayar berapapun saat membeli makanan buatan TRJFP. Bahkan, Smith mengatakan bahwa bayaran yang diberikan tidak harus selalu berupa uang. Pembeli dapat membayar makanan dengan energi, waktu, ataupun skill yang mereka punya. Sebagai contoh, beberapa orang yang datang ke TRJFP membayar makanan mereka dengan cara mencuci piring, menyapu lantai, merawat jaringan listrik café, dan lain-lain. Menurut Smith, hal-hal tersebut sebenarnya jauh lebih berharga dibandingkan dengan uang.
Café yang didirikan oleh TRJFP tak hanya ditujukan untuk orang-orang tak mampu. Misi TRJFP adalah untuk memberi makan semua orang. Mereka ingin makanan-makanan sisa yang masih layak konsumsi tak lagi masuk ke dalam tempat sampah, melainkan masuk ke dalam perut manusia, sehingga manusia dapat terus bertahan hidup.
Bahan makanan yang mereka gunakan berasal dari berbagai sumber. Bisa dari restoran, food bank, fotografer makanan, dan lain-lain. Setiap harinya, ada berbagai pihak yang menghubungi mereka untuk mengangkut makanan sisa. Sebagian besar di antaranya adalah produk olahan yang telah melewati tanggal kadaluwarsa yang tertera. Hal tersebut bukanlah masalah besar bagi TRJFP. Mereka percaya bahwa tanggal kadaluwarsa hanyalah taktik yang digunakan oleh perusahaan makanan untuk mengecoh publik. Banyak makanan kadaluwarsa sebenarnya masih layak dikonsumsi, namun malah terbuang sia-sia karena banyak yang tak mengerti akan hal tersebut. Padahal di luar sana masih banyak sekali orang-orang yang mengalami malnutrisi karena tidak memiliki pasokan makanan yang cukup.
“Saya tidak mengerti kenapa kita terus membiarkan hal seperti itu terjadi. Maka saya memutuskan untuk menentang sistem yang ada dalam industri pangan, dan melakukan sesuatu terhadapnya. Sistem tersebut hanya dibuat untuk mengeksploitasi kemanusiaan dan lingkungan sekitar kita.”
Salah satu kasus menarik yang pernah dialami oleh TRJFP adalah ketika BBC Children menghubungi mereka untuk mengangkut 15.000 cupcake yang digunakan untuk memecahkan rekor barisan cupcake terpanjang di dunia menurut Guiness World Records. Smith mengatakan, “Saat itu aku bahkan tidak diberi kesempatan untuk berbicara di radio BBC. Mereka sepertinya tidak ingin aku menyampaikan pemikiranku tentang perbuatan mereka (tertawa).”
Smith sadar bahwa apa yang ia dan kerabat-kerabatnya lakukan adalah sesuatu yang memiliki daya ubah tinggi terhadap lingkungan. Ia ingin TRJFP berkembang ke cakupan yang lebih luas, tanpa mengubahnya menjadi sebuah bisnis franchise. TRJFP dibiarkan berkembang secara organic begitu saja. Saat ini, telah ada ratusan café berbasis sistem pay as you feel yang mengolah makanan sisa dalam menu-menunya, dan hal tersebut pastinya membawa dampak positif bagi kehidupan manusia.
Mungkin di Indonesia memang belum ada tempat makan yang menerapkan sistem pay as you feel. Jika diperhatikan, masyarakat kita masih kurang bisa menghargai makanan yang mereka punya. Setelah Smith menyadarkan kita mengenai permasalahan yang ada di industri pangan, mira kita perbaiki kebiasaann-kebiasaan kita, sehingga kehidupan orang Indonesia dapat menjadi lebih baik.
“Kami tidak ingin terus-menerus menghabiskan waktu kami hanya untuk mengelola makanan sisa. Kami tidak ingin anak-anak di masa depan nanti menggantungkan kelangsungan hidupnya pada food bank ataupun pay as you feel café. Kami ingin manusia semakin mengerti dari mana makanan berasal, dan semakin merasa terhubung dengan keberadaan makanan tersebut. Kami tak bisa melakukan semuanya sendirian, namun kami dapat melakukannya dengan bantuan kalian. Aksi kalian, cara kalian membeli makanan, mengelola makanan serta sisa makanan akan memberikan dampak terhadap lingkungan sekitar. Jadi tolong, lakukanlah hal-hal benar,” ujar Smith.
Sumber Foto : http://www.filanthropystar.org/projects/the-real-junk-food-project, http://www.vostel.de/en/2016/03/14/volunteering-in-berlin-the-real-junk-food-project/, TedTV Youtube