
Setelah diadakan Jakarta Biennale ke-15 pada tahun 2013, Jakarta Biennale 2015 kini hadir kembali dengan tema “Maju kena, Mundur Kena: Bertindak sekarang”. Upaya para seniman dan komunitas budaya untuk bertindak sekarang dengan berkarya, tanpa terperangkap dalam nostalgia masa lalu atau impian dari utopia masa depan. Acara kali ini pun diadakan pada pertengahan November 2015 hingga pertengahan Januari 2016 di Gudang Sarinah, Jln. Pancoran Timur II No.4 Jakarta Selatan. Menurut Charles Esche, kurator kelahiran Inggris yang berpartisipasi sebagai kurator internasional pertama di Jakarta Biennale 2015, lokasi pameran kali ini dalam bentuk gudang karena Jakarta Bienalle 2015 menggunakan konsep pameran terbuka untuk umum. Selain keunikan tersendiri dari Gudang Sarinah, beliau mengatakan bahwa tempat tersebut sayang apabila tidak dibudidayakan.
Jakarta Biennale 2015 terselenggara atas dukungan penuh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta, serta Sarinah Dept. Store. Selama pameran berlangsung Jakarta Biennale 2015 menyelenggarakan berbagai rangkaian program publik dan program pendukung seperti akademi, lokakarya, edukasi publik, simposium, tur biennale, weekend market, dan lain sebagainya yang dapat dinikmati oleh semua orang.
Diambil dari judul yang sama film Warkop DKI tahun 1980-an, tema Jakarta Biennale 2015 mengangkat tiga tema yang tidak jauh dan kerap sangat kental dengan permasalahan yang Indonesia selalu hadapi. Pertama adalah penggunaan dan penyalahgunaan air, yang merupakan sumber kehidupan dan bencana. Kedua yaitu sejarah, bagaimana masa lalu mempengaruhi interpretasi dari kenangan yang buruk maupun baik. Isu ketiga yaitu peran gender dalam masyarakat dan bagaimana masing-masing melakukan konstribusi sembari menghadapi rintangan, halangan, kekerasan dan perubahan.
Sebanyak 70 seniman yang terdiri dari 42 seniman Indonesia dan 28 seniman manca negara ikut berpartisipasi dalam Jakarta Biennale 2015, menghadirkan beraneka ragam karya.