Pak Raden memulai segalanya dari menggambar. Kemudian dikenal sebagai ilustrator, pembuat logo, komikus, animator, penulis buku anak, seniman boneka, dan tentunya pendongeng. Beliau menyebut lukisannya dengan istilah gambar dan tak pernah ragu untuk membuat ribuan sktesa yang terbilang sepi dalam bursa seni rupa. Maka lahirlah ide kecil perayaan dirgahayunya ke-83 kali ini dengan jiwa berkesniannya, yaitu menghormati gambar.
Tahun ini, Re-PR atau Relawan Pak Raden menggelar tribute untuk Pak Raden berjudul “Menghormati Gambar” di Ruang rupa, Jakarta, tanggal sabtu 28 November 2015. Pameran “Menghormati Gambar” yang berlangsung selama dua hari, memamerkan 12 karya dari Pak Raden yang dikurasi oleh Prasodjo Chusnato, yang mengambil beberapa puncak karya tematis dalam ragam kesenirupaan seorang Suyadi. Dan beberapa karya dedikasi untuk Pak Raden bisa dinikmati di “Menghormati Gambar” dari para komunitas yang ikut menyelenggarakan. Komunitas-komunitas yang ikut antara lain Rumah 1000 kucing, Kopi Kelana, Gambar Minggu, Ikatan Wanita Pelukis Indonesia, GambarSelaw, WPAP Community, Morning Drawing, dan Akademi Samali.
Selain doa bersama, ada pemutaran video mini yang berisi kilasan karya Pak Raden semasa hidup, dan penyerahan kanvas kosong peninggalan Almarhum untuk digambar bersama. Gilir berganti yang datang ke pameran ‘Menghormati Gambar’ melukis bersama di kanvas kosong tersebut.
Sebenarnya, tahun ini adalah tahun kreatif untuk Pak Raden. selain persiapan materi yang sudah matang untuk pameran dari dongen HC Andersen, ada juga buku cerita anak-anak tentang wayang kulit (Trimo) dan wayang orang (Suti) dalam proses editing dan tata letak. Tahun ini tidak sama lagi dengan tahun kemarin. Pak Raden tak bersama kita. Namun tetap ada yang sama di setiap perayaan kelahirannya, selalu ada karya baru yang ia lahirkan.
