Disaat kita mendengar kata “Van Gogh”, mungkin yang terlintas di dalam benak kita adalah sesosok pria paruh baya yang mengiris telinga kirinya dengan silet, atau malah seorang seniman yang meninggal dunia karena menembakkan pistol ke dadanya sendiri. Kematian Vincent merupakan suatu topik yang amat diromantisasikan oleh para seniman dunia. Hanya dengan mempelajari kematiannya dalam waktu singkat, kita dapat langsung merasakan suasana melankolis yang menyelimuti hati kita. Hal tersebut merupakan sesuatu yang amatlah wajar terjadi, mengingat kata-kata terakhir Vincent sebelum meninggal adalah, “Kesedihan akan berlangsung selamanya.”

Vincent Van Gogh adalah seorang pelukis post-impresionis berkebangsaan Belanda yang namanya amat melegenda. Walau hanya sempat mengecap kehidupan selama tiga puluh tujuh tahun di dunia ini, melalui karya-karyanya, kita dapat melihat bahwa Vincent telah merasakan banyak sekali emosi semasa hidupnya. Hal tersebut pun memicu banyak kalangan untuk mengangkat kisah kehidupan Vincent ke dalam bentuk film.

Hugh Welchman seorang produser film asal Polandia  kini sedang dalam proses untuk membuat sebuah film berjudul “Loving Vincent”. Gagasan tersebut pertama kali direalisasikan lewat sebuah website penggalangan dana ternama. Penggalangan dana tersebut dimulai pada Februari 2014, dan mampu mencapai target yang dibutuhkan hanya dalam kurun waktu satu bulan.

Kira-kira, apa yang membuat publik antusias dalam menyambut film “Loving Vincent”? Jawabannya terletak pada teknik pembuatan film. “Loving Vincent” tidak menggunakan aktor sungguhan, melainkan membuat animasi yang terdiri dari 12 frame lukisan cat minyak per detiknya. Lukisan-lukisan pengisi frame tersebut adalah bentuk dedikasi 100 pelukis dari seluruh dunia yang mencoba untuk menggambarkan kembali karya peninggalan Vincent berdasarkan kronologi kejadian yang dianalisis melalui surat-surat Van Gogh selama hidupnya. Film ini akan menjadi film panjang pertama di dunia yang mengubah lukisan kedalam bentuk animasi.

Teknik ini dipilih karena menurut para kru film, hanya dengan goresan kuas dan teknik pembuatan lukisan tersebutlah emosi dan aspirasi seorang Vincent Van Gogh dapat tersampaikan dengan sempurna kepada para penonton. “With every shot painted with oil paints on canvas, just as Vincent himself painted.”

Film “Loving Vincent” akan dirilis pada tahun 2016 ini, dan kedatangannya telah dinanti-nantikan oleh banyak orang. Semoga pada akhirnya, ekpektasi kita terhadap film ini dapat terpenuhi atau bahkan malah terlampaui.

Sumber : lovingvincent.com, thisiscolossal.com, kickstarter.com


A.Astari

Seorang ilustrator yang mencoba untuk mengisi kekosongan di antara gagasan dan kata-kata dengan membuat ilustrasi, dimana ketiganya memiliki porsi yang sama-sama penting.

Artikel-artikel terkait