
Dengan formasi enam personil, Mustache And Beard bisa menghasilkan musik penuh warna-warni dengan menggabungkan instrumen seperti akordeon hingga terompet. Menderu, memberi semangat lantas menyuguhkan nasehat tersirat disetiap rilisan lagu mereka. Dengan waktu yang tidak sebentar namun tidak lama untuk proses pembuatan, kini Mustache And Beard rilis album perdana mereka di awal tahun ini dalam format digital berjudul ‘Manusiaku Manusiamu Manusianya’ dibawah naungan label V Management(V MGMT). Tidak cuma sekedar itu, di akhir taun lalu, Mustache And Beard berperan dan ikut serta dalam pembuatan OST film pendek berjudul ‘Tambora The Trail Of Ancestor‘ yang disutradarai oleh Gilang Tama. Yuk simak perbincangan GOOGS bersama Mustache And Beard berikut ini:
Halo Mustache and Beard. Bagaimana cerita kalian terbentuk ?
Mustache And Beard berawal dari hasil pertemuan keenam personil yaitu Afif, Bima, Febryan, Nagib, Ari dan Adri. Diawali oleh Afif mengajak Bima untuk membuat band dengan format mini orchestra. Setelah itu Febryan, yang dahulunya teman satu band Afif, mengisi posisi gitar di Band.
Begitu juga Bima yang mengajak Nagib yang dahulu satu band untuk mengisi format Drum. Febryan memperkenalkan Ari untuk menjadi bassis di Mustache And Beard. Ari yang dahulunya main terompet di marching band pun menjadi posisi keenam di Mustache And Beard.
Apakah kalian menggunakan nama band Mustache and Beard karena rata-rata semua berkumis dan berjenggot?
Iya! Hahaha. Karena kita semua punya kumis dan jenggot. Pemilihan nama band jadi hal yang cukup sulit buat kami waktu itu. Biasanya kan nama band itu harus punya makna gitulah. Yaitu tadi, punya arti tersendiri. Kelamaan mikir, kenapa tidak Mustache And Beard aja? Karena kita semua brewokan. Ya se-simple itu.
Selamat atas rilis album perdana kalian ya. Judul ‘Manusiaku Manusiamu Manusianya’ sepertinya penuh makna tersendiri. Mengapa akhirnya memutuskan nama judul album tersebut?
Jadi ‘Manusiaku Manusiamu Manusianya’ adalah album perenungan. Album yang menceritakan banyak hal tentang keajaiban didunia. Dari mulai kematian, kehidupan, kenangan, alam dan cinta. Kami menceritakan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan tuhan dan hubungan tuhan dengan manusia. Dialbum ini kami mengajak pendengar buat merenungkan hidup yang dijalani. Mungkin sedikit berat untuk dimengerti, karena kalau cuma dijelasin memang susah. Harus punya albumnya dan dengerin se-album! Jadi ngerti maksudnya. Hahahaha.
Ada beberapa lagu yang tak dirilis dan rata-rata berformat bahasa inggris. Apakah ada cerita akhirnya memutuskan semua lagu di album ini berbahasa Indonesia?
Lagu bahasa Inggris yang kita sebarin dulu itu seperti layaknya perkenalan. Seperti sambutan kepada para pendengar kami. Seiring berjalannya waktu, kami mengalami sedikit pendewasaan begitu juga pencerahan. Dibalik itu juga, ternyata Afif gila banget kalo udah bikin lirik berbahasa Indonesia. Dari situ perlahan semua lagu yang kami bikin pun jadi berbahasa Indonesia.
Musik kalian kental dengan folk. Apakah itu termaksud kegemaran kalian se-band atau emang kebetulan memainkan musik folk khusus di Mustache And Beard?
Nah, kita juga bingung kenapa semua pendengar bilang Mustache And Beard itu folk banget. Kita tidak pernah membuat lagu kita harus folk, jadi sebenarnya menngalir saja. Justru, tiap personel beda-beda alirannya, misalnya nih Nagib drummer kami itu metal dulunya, Febryan suka Jazz banget, terus Bima dulu bandnya Garage, Adri juga Hard rock. Jadi memang tidak nyambung juga sebenarnya. Hahahaha.
Sempet nih, kita cari tau kenapa kita dibilang folk. Dan kita mikir, apa karena kita sering latihan di TAHURA (taman hutan raya, Bandung) jadi kebawa suasana. Hahaha. Gatau sih, mungkin ya.
Ada salah satu lagu kalian berjudul ‘Tambora’ yang tidak masuk ke album. Dan menjadi salah satu bagian dari soundtrack film ‘Tambora The Trail of Ancestor’. Bagaimana proses akhirnya bisa kerja sama untuk mengisi soundtrack film tersebut ?
Gilang Tama itu senior Adri dikampus, kebetulan mau bikin film untuk tugas akhir, tentang gunung Tambora. Gilang dengerin beberapa lagu kami awalnya. Terus dia menghubungi kami dan mengajak untuk mengisi soundtrack film-nya. Mendapatkan tawaran itu kita senang banget, apalagi ini merupakan yang pertama kalinya. Yaudah kita janjian, deal setelah itu lanjut rekaman. Kita mendapatkan beberapa part untuk isi ambience, dan meng-cover lagu Ismail Marzuki yang berjudul ‘Selendang Sutra’.
Sebenarnya lagu ‘Tambora’ itu belum ada, belum dibikin, dan belum dipikirin. Karena kebutuhan film ini tidak meminta kami untuk bikin lagu tentang ‘Tambora’. Diperjalanan proses rekaman, karena semangat banget tiba-tiba kami mikir, “Kenapa ga bikin lagu tentang Tambora ya? Tapi kan kami belum pernah kesana? Terus gimana?”, Pertanyaan itu muncul.
Dengan teknologi yang ada, kami browsing tentang gunung Tambora, baca script-nya lagi. Akhirnya jadilah lagu ‘Tambora’ yang dibikin di studio rekaman, tanpa latihan, langsung take! Hahahha. Gilang belum tau kalo kita bikin lagu ‘Tambora’ saat itu. Begitu selesai baru kita bilang dan dia suka. Akhirnya masuk deh di filmnya.
Ilustrasi album kalian siapa yang buat? Mengapa terpilih untuk menggarap cover album kalian?
Raka Surya! Dia temen baik kita. Kebetulan kita satu almamater dan dia anak DKV. Jadi waktu itu kami cari siapa yang bisa bikin cover album. Terus liat karya ciptaan Raka Surya pas dengan konsep yang kami mau. Kepilihlah si Raka!
Apa arti dari folkyfolkafolkestra?
Itu awal awal banget Bima yang pasang itu di Biodata twitter Mustache And Beard. Terus akhirnya disambungkan dengan banyak pendengar yang bilang kita folk, dengan konsep kita pingin bikin mini orkestra.
Untuk album fisik MNB akan tersedia apa aja selain cover album dan buku?Kira-kira ada bocoran apa nih?
Ada kejutan! Hahaha. Biar penasaran ah.
Apakah ada kesan dan pesan buat pembaca?
Buat pembaca, pesannya baca terus GOOGS! Dan jangan lupa beli album Mustache And Beard “Manusiaku Manusiamu Manusianya”!
Doc and Pic Courtesy of Mustache And Beard