Jika India punya Mother Theresa dari Kalkuta, maka Pakistan punya Abdul Sattar Edhi dari India. Keduanya merupakan sesama tokoh kemanusiaan yang menghabiskan sebagian besar hidupnya demi kesehatan banyak orang. Abdul Sattar Edhi dikenal sebagai versi laki-laki dari Mother Theresa, dan pihak BBC pernah menuliskannya sebagai “Pakistan’s most respected figure and was seen by some as almost a saint.” Namanya bahkan telah dinominasikan berkali-kali dalam Nobel Peace Prize. Apa yang membuat Edhi begitu berjasa di mata dunia?

Edhi lahir di Gujarat, India antara tahun 1926-1928. Ia banyak belajar tentang cara merawat orang sakit sejak umurnya 11 tahun, di mana ibunda Edhi mengalami kelumpuhan serta gangguan jiwa yang merenggut nyawanya saat Edhi berusia 19 tahun. Pada tahun 1947, Edhi yang masih belia bermigrasi ke Karachi, Pakistan bersama keluarganya. Pada awal kedatangannya di Karachi, ia bekerja sebagai pedagang keliling di pasar grosir, dan pada akhirnya mendapat pekerjaan sebagai agen penjualan kain di pasar tersebut. Dengan dukungan dari komunitas setempat, beberapa tahun kemudian, Edhi menggunakan tabungannya untuk mendirikan apotek gratis. Pada masa tersebut ia bertemu dengan Bilquis, seorang karyawati apotek gratis yang kini jadi istrinya. Bersama Bilquis, Edhi memiliki dua putera serta dua puteri yang membantunya mengelola Edhi Foundation sejak tahun 1951.

Tahun 1957, penyakit flu Asia menyerang wilayah Karachi, dan korban berjatuhan di mana-mana. Edhi pun membeli mobil ambulans pertama dengan uang yang ia kumpulkan dari berbagai sumber. Karena sumber daya yang terbatas, saat itu Edhi mengemudikan ambulans tersebut sendirian. “Aku melihat banyak orang tergeletak di trotoar… Flu telah menyebar hingga Karachi, dan tak ada orang yang merawat mereka. Maka aku menyiapkan bangku untuk mereka dan meminta mahasiswa kedokteran untuk kerja sukarela. Aku tak punya uang sehingga harus meminta-minta pada orang di jalanan, dan mereka memberiku uang,” kenang Edhi.

Puluhan tahun kemudian, Edhi Foundation makin berkembang dalam segi ukuran maupun kinerja. Hingga saat ini, yayasan tersebut telah menyelamatkan 20.000 bayi terlantar, merehabilitasi lebih dari 50.000 anak yatim piatu, serta telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 40.000 perawat. Dengan 330 pusat kesejahteraan yang mereka kelola, Edhi Foundation menyediakan dapur, pusat rehabilitasi, posko bagi anak dan wanita terlantar, serta klinik bagi para penyandang gangguan mental.

Edhi Foundation juga tercatat sebagai yayasan pemilik ambulans terbanyak di dunia, yaitu sebanyak 1.500 unit. Semua ambulans tersebut siap dikerahkan kapan saja, terutama pada saat terjadinya serangan teroris di Pakistan. Saat kejadian badai Katrina tahun 2005, Edhi Foundation pun dengan sigap membantu berbagai orang di Afrika, Timur Tengah, Kauskasus, dan Eropa Timur.

Walau telah mengelola yayasan yang luar biasa besar, Edhi tetaplah seseorang yang rendah hati. Ia terkenal dengan gaya hidup pertapa, di mana Edhi hanya memiliki dua pasang baju, dan tak pernah menarik gaji sepeser pun dari yayasan miliknya. Semasa hidupnya di Pakistan, Edhi tinggal bersama anak-istrinya di sebuah apartemen sederhana berkamar dua di sebelah kantor Edhi Foundation. Tak hanya itu, Edhi pun sempat menolak untuk diundang ke berbagai acara amal karena ia ingin lebih mendevosikan waktunya untuk merawat orang banyak.

Sayangnya, pada tanggal 25 Juni 2013, Edhi kedapatan mengidap gagal ginjal. Dengan bantuan alat kedokteran, ia berjuang untuk bertahan hidup. Kondisi tubuhnya yang lemah menjadikan dirinya tak mampu menjalani operasi transplantasi ginjal.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 8 Juli 2016, Edhi menghembuskan napas terakhir. Sebelum wafat, Edhi telah bersedia menyumbangkan organ tubuhnya, namun hanya kornea mata Edhi yang masih tergolong dalam kondisi baik. Dunia berduka seiring dengan kepergian Edhi. Beberapa tokoh politik dunia pun ikut menyatakan belasungkawa mereka kepada Edhi lewat Twitter.

Ia dimakamkan di Karachi, bersama dengan dua pasang baju yang ia miliki. Semoga jasa mulia Abdul Sattar Edhi dapat terus dikenang dan dilanjutkan oleh berbagai orang di dunia, sehingga tercipta kesejahteraan bagi sesama.

Sumber terkait : dawn.com, telegraph.co.uk, wikipedia.org, indianexpress.com, wln.org, black box sound


A.Astari

Seorang ilustrator yang mencoba untuk mengisi kekosongan di antara gagasan dan kata-kata dengan membuat ilustrasi, dimana ketiganya memiliki porsi yang sama-sama penting.

Artikel-artikel terkait