
Sesuai dilansir dari TEDx talks pada menit kedua; Penggalan percakapan mengejutkan tersebut tak sengaja tertangkap telinga Nila Tanzil saat ia berkunjung ke Pulau Papagaran, NTT;
A: “Eh, kita ini tinggal di negara mana sih?”
B: “Malaysia.”
Kejadian aneh sekaligus memprihatinkan seperti itu memang sudah beberapa kali Nila alami saat berkunjung ke daerah Indonesia Timur. Ia bahkan sempat menemukan fakta bahwa masih ada sejumlah murid SMP di Pulau Komodo yang berhasil lolos UN tingkat SD walau mereka tergolong buta huruf. Menurut Nila, semakin jauh ia berpetualang ke daerah Indonesia Timur, semakin banyak kekurangan infrastruktur yang ia temukan dalam kehidupan masyrakat setempat. Dari pengamatannya, masyarakat Indonesia Timur saat ini masih mengalami kekurangan pasokan listrik, internet, sekolah, informasi, dan juga buku.
Setelah melihat berbagai kenyataan pahit yang menjadi makanan sehari-hari penduduk Indonesia Timur, Nila Tanzil pun akhirnya memutuskan untuk membuka Taman Bacaan Pelangi; sebuah yayasan yang memberikan akses buku bacaan kepada anak-anak Indonesia Timur yang haus akan ilmu pengetahuan.
Berbekalkan 200 koleksi judul buku, Taman Bacaan Pelangi membuka perpustakaan pertamanya di Roe, Flores pada tahun 2009. Selanjutnya, dengan dukungan dari relawan dan donatur dari berbagai belahan dunia, serta NGO dan perusahaan yang kredibel, Taman Bacaan Pelangi berhasil mendirikan sejumlah perpustakaan di Flores (Pulau Rinca, Pulau Messah, Pulau Komodo, dan pulau-pulau kecil sekitarnya), Sulawesi, Lombok, Sumbawa, Timor, Alor, Banda Neira (Kepulauan Banda, Maluku), Bacan (Halmahera Selatan), dan Papua.
“Perpustakaan milik pemerintah di Indonesia biasanya didirikan dengan gedung megah yang membuat penduduk desa sungkan untuk berkunjung. Koleksi buku anak-anak di perpustakaan Indonesia pun biasanya didominasi dengan buku teori yang sarat akan gambar. Anak-anak jadi enggan untuk membacanya karena buku seperti itu membuat mereka merasa seperti sedang mengerjakan PR,” tutur Nila. Berangkat dari penemuan fakta tersebut, Nila selalu mendirikan Taman Bacaan Pelangi di rumah-rumah warga, serta meminta bantuan warga setempat dalam pengelolaannya. Semua pengelola Taman Bacaan Pelangi adalah orang-orang berpendidikan, dengan latar belakang profesi yang bermacam-macam.
Sebut saja Pak Baco, seorang nelayan di Pulau Rinca Flores yang teras rumahnya difungsikan sebagai Taman Bacaan Pelangi. Lima tahun lalu, Nila menghampiri kediaman Pak Baco dan meminta izin agar beliau bersedia meminjamkan terasnya sebagai taman bacaan. Hal tersebut langsung disetuji Pak Baco dengan hati gembira. “Saat saya kecil orang tua saya hanya mengajarkan tentang cara mengangkap ikan. Tetapi saya melihat bahwa anak zaman sekarang harus belajar lebih banyak karena tuntutan zaman,” tutur Pak Baco.
“Sebelum ada taman bacaan, saya selalu tidur siang dengan nyenyak. Namun semenjak ada taman bacaaan, saya hampir tidak pernah tidur siang (karena suasana rumah yang terlalu bising).” Setiap jam pulang sekolah, anak-anak Pulau Rinca berlarian ke teras rumah Pak Baco. Mereka tak sabar ingin menghabiskan waktunya di sana dengan membaca, bercerita, dan menggambar hingga matahari terbenam. Salah satu anak yang paling gemar membaca buku di teras rumah Pak Baco adalah Alfarouq. “Saat hari mulai gelap, saya sampai menyuruhnya pulang karena ia masih saja sibuk membaca buku.”
Berkat sikap bertanggung jawab yang dimiliki Pak Baco dan para pengelola perpustakaan lainnya, serta bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak, Taman Bacaan Pelangi mendapatkan penghargaan “Anugerah Nugra Jasadarma Pustaloka 2013” dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kini Taman Bacaan Pelangi telah memiliki 39 perpustakaan anak-anak yang tersebar di 15 pulau di Indonesia Timur, dan setiap perpustakaan tersebut memiliki setidaknya 1.000 judul buku cerita anak. Apabila kamu ingin turut menyumbangkan bukumu kepada teman-teman yang ada di sana, kamu dapat berpartisipasi dalam program Drive Books, Not Cars yang diadakan oleh Taman Bacaan Pelangi.
Semoga berkat bantuan Taman Bacaan Pelangi dan berbagai pihak yang ada, anak-anak Indonesia Timur dapat terus memiliki akses terhadap buku cerita dan perpustakaan yang akan membuka cakrawala hidup mereka.
Sumber terkait : ourbetterworld.org , tamanbacaanpelangi.com, zilzarlife.com