
Apakah kamu pernah menabrak motor polisi saat razia? Saya pernah mengalami hal tersebut. Dimana saat itu, razia di daerah Taman Mini, walaupun saya belum memiliki SIM namun saya diinjinkan untuk pergi tanpa kena denda. Dan naas-nya lagi saya menabrak salah satu motor polisi dalam keadaan parkir sewaktu mau meninggalkan lokasi dan dengan sangat beruntung, tetap diijinkan pergi. Kalau diingat lagi cerita tersebut, saya tertawa betapa bodoh dan beruntungnya waktu itu. Dan kini pengalaman tersebut menjadi sebuah cerita lucu atau anecdote yang saya ceritakan saat berbincang santai dengan teman-teman.
Dengan perkembangan teknologi jaman sekarang, para pengguna sosial media justru banyak menyimpan cerita lucu seperti yang saya ceritakan walau dengan konotasi yang beda, cenderung mengeluh, menyindir dan sarkastik.
Terlalu banyak mengeluh tetapi tidak bertindak merupakan salah satu karakteristik yang mulai banyak dimiliki oleh masyarakat pada umumnya. Tidak heran jika masalah sosial yang lain juga ikut bermunculan. Salah satunya menghadiri pameran hanya untuk mendapatkan eksistensi tanpa berusaha menikmati dan menghargai karya seni itu sendiri.
Melihat hal ini, sebuah aksi pun terbentuk dimana ‘inisiatif sensitif’ menjadi tema acara tahunan DKV Binus, Plaza Desain 2015, berjudul ‘Anacdote’, sebuah plesetan dari kata Act dan Anecdote. Dimana karya seni dan desain menjadi tindakan para praktisi mahasiswa, pengajar dan seniman untuk memberi gambaran secara lucu; bahwa teknologi dan modernisasi mengubah tabiat kita dalam mengapresiasikan sesuatu.
“Kita senang karya kami naik ke sosial media tapi terkadang tidak dicantumkan pembuat karyanya.”, ucap Ega Mawardani, ketua acara Anacdote 2015, yang memberi salah satu contoh tabiat pengunjung yang hanya datang untuk memberi eksistensi sekejap dalam dunia sosial media. “Kita juga sudah menyediakan deskripsi singkat dalam harapan pengunjung bisa membaca dan mengerti karya yang kita buat.”, tambah Ega Mawardani menjelaskan lebih lanjut salah satu cara supaya pengunjung bisa lebih apresiasi.
Sebenarnya bukan cuma tentang sosial media saja yang diangkat sebagai tema beberapa karya di acara ini. Karya ‘Character Assasination’ mengangkat tema bahwa kritik yang tidak membangun adalah hal yang buruk dan terkadang sebuah omongan bisa jadi cerminan. Karya ‘Diverge’ menggambarkan penggunaan kata kasar yang marak sering diucap. Karya ‘Restrain’ yang membahas keterbatasan dalam bergerak dan waktu. Karya ‘Sirkus jalanan’ menjelaskan karakter pengguna jalanan yang masih berantakan sehingga menjadi hiburan tersendiri. Dan beberapa karya lain yang membahas tema sensitif lainnya.
Secara garis besar acara ini diselenggarakan sebagai wadah untuk mengapresiasikan sesuatu yang ada dipikiran, entah itu dalam bentuk keluh kesah ataupun hal yang lain yang tidak bisa diungkapkan namun dalam harapan bisa dirasakan juga oleh orang lain. Dengan harapan karya mereka bisa lebih dihargai tidak cuma sekedar jadi postingan biasa di sosial media atau sekedar dilihat tanpa dicerna.
Pic by MTRPHN & DeeDee