
Baur Rasa mungkin terdengar asing ditelinga kita, akan tetapi merupakan terjemahan dari mixed feelings, judul bahasa inggris dari sebuah pameran fotografi. Berupa bauran perasaan-perasaan yang campur aduk tidak karuan yang dirasakan saat membuat dan menampilkannya. Tema “rasa” sendiri dipilih karena mulai melemahnya kemampuan kita untuk merasakan rasa. Padahal pada setiap peran individu, rasa sungguh diperlukan, baik untuk merasa penuh atau tergenapi, bukan sebaliknya seakan rasa tidak diperlukan, hanya menggunakan nalar dan pikiran. Dalam peran kelompok atau lingkup lebih luas, rasa membuat seseorang menjadi dapat menghormati orang lain, menghargai perbedaan dan merawat kebhinekaan sebagai perwujudan melaksanakan tanggung jawab atas warisan pendiri bangsa dan negara Indonesia.
Baur Rasa sebuah pameran fotografi yang beranggotakan Imron Zuhri, Adriani Sumantri, Gloria Pearl, Gabriel Sena dan Tandika Cendrawan. Sebuah pameran sebagai ujung dari pembincangan sabtu pagi yang berupaya melihat kembali bahwa kita memotret dengan berbagai alasan yang sering kali sangat personal, baik sebagai refleksi, dokumentasi, pencerahan, terapi dan propaganda. Pameran pada Minggu sore di Djule Kofi, diawali ketika menaiki tangga menuju lantai 2.
Kita disambut dengan instalasi karya dari Gabriel Sena, menampilkan sebuah proses berkarya dari mulai memilih, memotong, menyeleksi dan terdapat perlengkapan yang dibutuhkannya tertata diatas meja. Foto yang berisikan kata-kata dari pukulan-pukulan kecil yang menganggu dipikirannya. Disampingnya terlihat sebuah foto yang tersusun yang ditutupi oleh kain putih. Sebuah karya dari Imron Zuhri, sebagai closure dari hubungan yang kompleks antara beliau dengan ibunya. Foto yang diambil kurun waktu dari 2007 sampai 2014 menampilkan perasaan yang campur aduk yang ada setiap kali memotretnya. Terdapat pula benda-benda yang mengingatkan akan pribadi ibunya.
Ketika kita melangkah lagi, akan terlihat sebuah foto dari benda-benda mati yang merupakan karya dari Gloria Pearl. kumpulan dari benda-benda personal pemberian dari orang-orang yang masih ada ataupun tiada, menimbulkan berbagai rasa ketika melihatnya. Mengingatkan kembali kita sebagai orang yang hidupnya lebih pendek dan alangkah baiknya kita berbuat yang terbaik dalam hidup ini. Disebelahnya terdapat karya Tandika Cendrawan, menampilkan foto momen keluarga yang penuh dengan berbagai rasa, antara bapak dan ibunya. Momen sederhana yang dilakukan bersama antar mereka. Foto yang diambil tanpa skenario dari hal-hal yang terdekat yang memiliki ikatan didalamnya. Terdapat pula buku interaktif yang dapat ditulis bagi pengunjung yang ingin berbagi momen akan keluarganya.
Pameran ini ditutup dengan memasuki sebuah ruangan yang menampilkan sebuah karya berupa video dari Adriani Sumantri. Sebuah rasa yang kuat ketika menunggui suaminya, pak John. Ketika terbaring di rumah sakit maupun rumah. Berisikan rasa syukur dari hadirnya satu demi satu benda seperti yang difoto, karena tanpa itu semua tidak ada artinya, rasa itu pun tiada. Terdapat pula benda yang mewakilinya yang diletakkan diatas meja, beserta bagian buku berjudul ‘KASIH, menembah’ dan terdapat catatan yang dapat ditulis bagi pengunjung akan perasaannya.
Ketika bincang seniman, Imron Zuhri bercerita sebagai sebuah medium seni, fotografi bahkan hingga saat ini masih memperjuangkan dirinya untuk disejajarkan dengan medium seni lainnya yang lebih “nyeni”. Namun terkadang dalam upaya untuk me-nyeni-kannya seringkali ia diperkosa dengan menambahkan banyak unsur lain selain fotografi yang dianggap bisa menaikkan harga dirinya. Pameran ini mungkin juga mencoba mengingatkan bahwa sebagai sebuah medium dia cukup lengkap untuk bisa berdiri sendiri. Lagi-lagi mudahan pameran Baur Rasa ini bisa memberi dorongan bahwa semua orang bisa mengekspresikan dirinya tanpa beban terlalu berat untuk harus sangat “nyeni”.
Pameran minggu malam ini, didukung oleh Suar Artscape dan Djule Kofi, ditutup dengan pertunjukan musik oleh Tokyolite band funk rock asal Jakarta. Pengunjung pun dapat melihat karya sembari menikmati musik dan berinteraksi dengan pameris.