
Sejak jaman dulu, kota Garut terkenal dengan pemandangan alam dan pegununganya. Di kotanya sendiri juga banyak toko-toko kerajinan kulit dan tidak kalah terkenal dengan dodol garutnya! Kota Garut sendiri sebenarnya juga dikenal sebagai kota tenun ikat tradisional.
Sayangnya sejak beberapa lama tidak terlalu berkembang. Namun beberapa tahun belakangan ini atas prakarsa bapak Hendar Rogesta yang bekerja sama dengan PGN (Perusahaan Gas Negara) dan CTI (Cita Tenun Indonesia) membuat perkampungan Panawuan, di Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul ini menghidupkan kembali tradisi tenun ikat dengan corak dan warna warni yang lebih berani! Mulai dari motif etnis, geometris sampai modifikasi dari NTT, Bali dan Kalimantan. Lokakarya kerja sama ini juga didukung dengan designer Sebastian Gunawan yang menggunakan dan membuat motif design menarik untuk fashion line beliau.
Dengan program pembinaan ini, lokakarya yang cukup teratur dari cara kerja mulai pencelupan bahan, pemintalan sampai dengan menenun menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Diusahakan pula menggerakkan penghasilan benang ulat sutra lokal, lantaran sampai saat ini masih kebanyakan impor dari Cina yang kadang-kadang jadi lebih mahal dan masih kurang pasokannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bayangkan, produksi benang sutra hanya 20-25% dari produksi lokal. Memang sedang dicanangkan untuk memperbanyak perkebunan murbei dimana ulat-ulat sutra tersebut bisa berkembang biak dan menghasilkan sutra bermutu.
Bahan pewarnanya juga tidak sembarangan. Walaupun ada permintaan dengan warna yang dicampur dengan bahan-bahan kimia, kebanyakan bahan pewarna yang digunakkan lebih memakai bahan-bahan natural yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan seperti sayuran, buah dan bunga. Karena itu warnanya lebih muda dan kalem.
Keberanian warna dan motif ini mendorong beberapa jenis tenunan seperti yang seolah-olah ‘berbulu’. Semakin banyak warna dan makin rumit tentu saja makin mahal harganya. Bisa sekitar antara Rp. 400rb-an sampai jutaan rupiah.
Rata-rata prosesnya memakan waktu 2-3 bulan. Mulai dari pencelupan warna benang sutra sampai ke pemintalan dan akhirnya ditenun. Produksi kira-kira sebanyak 2-3 kain, yang per-kain panjangnya mencapai 2-2.5m untuk 1 motif.
Suatu kemenarikan tersendiri, motif tradisionalpun masih digemari. Bagaimanapun juga, Garut terkenal dengan motif-motif bunganya. Sebut saja bunga Puspa, bunga Tapak Dara, bunga Gambir, bunga Kusuma dan lain-lain.