MACAN atau kepanjangan dari Museum of Modern and Contemporary Art In Nusantara, merupakan museum modern dan kontemporer pertama di Indonesia. Di MACAN kita bisa menyaksikan koleksi seni modern dan kontemporer tidak hanya dari Indonesia tapi mancanegara lainnya seperti Eropa, Amerika, dan Asia. Koleksi-koleksi seni di MACAN merupakan bagian dari 800 karya yang dikumpulkan selama 25 tahun oleh sang kolektor seni sekaligus pengusaha, Haryanto Adikoesomo. Sudah dalam pembuatan sejak tahun 2013, kini Museum MACAN sudah hadir dan terbuka untuk umum sejak tanggal 4 November 2017.

Lokasi MACAN ada di ARK Tower yang terletak di Jln.Panjang, atau lebih tepatnya di Jl. Perjuangan No.5, Kebun Jeruk, Jakarta Barat. ARK Tower  sendiri terletak sangat dekat dengan gedung RCTI. Apabila kamu pengendara mobil seperti saya, dari tol tinggal turun dari gerbang tol kebun jeruk dan putar balik. Disebelah kiri jalan saat belok kiri ke jalan perjuangan, maka ARK Tower bisa terlihat. Atau kalau kamu dari arah pondok indah tinggal memastikan sudah melewati gedung Kompas dan Indosiar, dari situ sudah sangat dekat dengan ARK Tower tinggal belok kiri ke arah jln. Raya Pantura. Ark Tower tepat disebelah kiri belokan tersebut.

Apabila sudah di ARK Tower maka MACAN itu terletak di lantai MM atau kelima. Untuk parkir mobil bisa ke basement ARK Tower. Tiket masuk MACAN IDR 50.000 untuk dewasa, Rp 40.000 untuk lansia dan pelajar, dan Rp 30.000 untuk anak-anak. Tiketnya juga bisa dibeli via online melalui website official mereka.

Luas, Minimal dan Elegan. Tiga kata itu langsung terpikir oleh saya saat masuk ke MACAN dari lift. Satu Lantai seluas 4000 meter persegi ini dijadikan sedemikian rupa hingga pantas memaparkan karya-karya seni yang tak ternilai harganya. Disatu sisi selain menampilkan karya, dipojok ada cafe mini bernama 1/15 coffee buat penikmat kopi, tempat penitipan barang dekat lift dan toko merchandise menjual karya-karya dan buku-buku limited edition didekat pemesanan tiket. Setelah membayar kita langsung bisa masuk untuk menyaksikan Eksibisi inaugural mereka.

Eksibisi MACAN bertajuk ‘Art Turns. World Turns’ mengajak kita eksplor koleksi MACAN. Disini kita diajak menelusuri sejarah seni modern Indonesia, dari periode akhir kolonial, kemerdekaan, reformasi, hingga sekarang. Melalui eksibisi ini juga kita bisa melihat narasi sejarah keterkaitan antara peran Indonesia dengan dunia dalam ranah seni global yang merentang hampir 200 tahun lamanya. Sebanyak 90 karya dari 70 seniman lokal maupun mancanegara ditampilkan secara apik disini.

Eksibisi ‘Art Turns. World Turns’ terbagi menjadi empat bagian terkait dengan masa-nya. Bagian pertama yaitu jaman apresiasi kepada lingkungan Indonesia yang terbentuk dari keindahan alam dan penduduknya pada masa dibawah kependudukan kolonial. Bagian kedua menampilkan karya-karya yang lebih menunjukan kehidupan dan kenyataan sosial rakyat Indonesia dengan nilai nasionalisme lebih kuat dibanding sebelumnya, mengingat bagian kedua diciptakan sebagian besar setelah proklamasi kemerdekaan.

Bagian ketiga, Indonesia terus membangun identitas artistik di tengah masa sulit, di jaman era perang dingin masih berlangsung. Dan bagian keempat menandakan era baru dalam sejarah Indonesia dengan runtuhnya orde baru. Indonesia terbuka kembali untuk bebas dalam berseni sehingga bisa melahirkan generasi seniman-seniman yang berpotensi di pasar seni global dan berkembang pesat hingga sekarang. Eksibisi ini bisa dinikmati  dari 4 November 2017 hingga 18 Maret 2018.

Dari seni lukis dan beberapa media seperti patung dan instalasi bisa kita nikmati selama pameran ‘Art Turns. World Turns‘ berlangsung. Dari kepawaian seniman ternama Indonesia seperti Raden Saleh, Hendra Gunawan, Dullah, Affandi dan seniman-seniman dari mancanegara seperti Alexander Calder, Andy Warhol, Lee Man Fong, Keith Haring, Mark Rothko, Frank Stella, Yayoi Kusama dan banyak lainnya ada disini. Infinite Room karya Yayoi Kusama semisalnya adalah sebuah instalasi yang menghasilkan ruangan seperti angkasa mengandalkan air dan kaca. Atau Asean+3 merupakan instalasi yang didapatkan semut berjalan dari satu bendera ke yang lain melalui tabung. Beetle Sphere karya ciptaan Ichwan Noor yang merupakan mobil VW dalam bentuk bola pun ada. Semua bisa dinikmati dalam jarak dekat!

Apabila diperhatikan secara seksama Museum ini sangat cocok untuk dikunjungi keluarga. Berkat ruangan yang luas nan minimalis, walaupun cukup ramai, masih nyaman buat mereka yang membawa anak-anak. MACAN cukup lengkap untuk hal ini, sampai menyediakan tempat-tempat untuk nursing dan ruang seni anak. MACAN menyediakan pamflet guide khusus buat anak-anak dan sebagian besar karya eksibisi yang dipamerkan diberikan keterangan tambahan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti buat mereka.

Membahas ruang seni anak, dalam proyek pertamanya, Museum MACAN bekerja sama dengan Entang Wiharso untuk menyulap ruangan tersebut menggunakan konsep taman dan laut. Instalasinya menggabungkan kegiatan interaktif, mural, karya seni dan aktivitas pendidikan yang menjelajahi ide-ide Taman Apung. Ruangan tersendiri tersebut terletak dekat dengan eskalatorNah, eskalator ini menuju ke lantai 6 yang entah nantinya akan dibuka sebagai tempat baru apa tidak..masih belum diketahui.

Sebagai tempat baru di Jakarta, Museum MACAN tentunya menjadi alternatif terbaru untuk jalan-jalan bersama keluarga maupun millenials. Di MACAN kita bisa menikmati karya seni yang tak ternilai dan mendapatkan edukasi tentang sejarah. Sangat disayangkan apabila tidak mampir kesini untuk memberi apresiasi seni sembari mendapat inspirasi.


MTRPHN

Tergerak dengan hal-hal baru ataupun lama sembari mencoba untuk cari tau dan menyimpan hal-hal yang bisa saja terlupakan adalah apa yang memotifasi dirinya untuk menerjang tembok keterbatasan.

Artikel-artikel terkait