
Manado adalah ibukota Sulawesi Utara yang mendapat predikat salah satu kota yang aman untuk ditinggali. Kebanyakan orang hanya transit saja di kota ini sebelum ke Bunaken untuk menyelam atau ke daerah suku Minahasa di Tomohon dan Tondano.
Sedikit bercerita tentang Manado dari catatan sejarah. Dulunya kota tua Manado ada di pulau Manado, bukan di Sulawesi. Namanya dalam bahasa Minahasa adalah Mana rou atau Mana dou berarti “di kejauhan.” Kedatangan negara-negara seperti Spanyol, Portugis dan Belanda membawa agama Kristen sehingga sampai sekarang tiap 1 blok atau 2-3 kilometer jalan pasti ada gereja dengan berbagai aliran.
Saya sempat tinggal dengan teman Couchsurfing, Arin, beberapa malam dan diajak jalan-jalan di Manado. Arin membawa saya untuk ngopi di dekat Pasar 45 (Pasar Minahasa), Jalan Roda, atau lebih dikenal Jarod. Satu jalan panjang ini terdapat banyak warung-warung kopi dengan aneka macam makanan.
Sejarahnya dulu sekali sebelum jaman penjajahan Belanda, jalan di pasar ini sudah ada. Menjadi tempat barter dan kemudian menjadi tempat jual beli. Karena banyak pedagang yang parkir dengan pedatinya sembari istirahat dan ngopi, maka disebutlah namanya menjadi Jalan Roda. Pertemuan para pedagang sampai pemuka masyarakat ini masih berjalan sampai saat ini, tidak peduli suku, ras, agama, profesi dan segi kekayaan.
Tempat ini selalu ramai. Pembicaraan mulai dari pembicaraan yang ringan sampai berat ke politik atau ekonomi. Pihak-pihak pemerintah dari kepolisian sampai bapak Gubernur pasti ngopi disini. Kalau ngadain acara disini pasti murah karena makanan dan kopi sudah tersedia, masa dan pemuka masyarakat juga sudah ada. Wajar saja kalau untuk kegiatan yang mencakup kehidupan orang banyak, kegiatan sosial, kampanye atau silahturami, pasti diskusi di Jarod.
Hebatnya memang di Jarod, semua orang sama; sederhana dan sederajat. Di sini dibangunlah toleransi yang kuat diantara sesama, cukup patut untuk dicontoh daerah lain ya?
Sembari dengerin musik Minahasa, saya disuruh mencoba kopi dan makanan ringannya. Pesen kopi ada seninya juga disini. Tinggal ngacungin telunjuk lalu pesan dengan kalimat “kopi stengah neh”. Biasanya memang kopi yang awam disini adalah kopi susu kental manis.
Ditungku, kopi dan air panas dimasak memakai batubara dengan api kecil. Ibu warung bertanya mau kental kopinya atau sedang, karena kalau kental, susu kental manisnya seperampat dan sisanya kopi. Kalau mau agak encer, akan ditambahkan air panas.
Makanan ringan yang dimaksud adalah pisang goreng goroho sebagai pembuka dengan sambal roa nya yang terkenal endes! Dilanjutkan dengan bubur manado.
Ke kota Manado, jangan lupa mencoba beberapa makanan lain; seperti:
Untuk oleh-oleh bisa beli abon ikan cakalan, sambal roa dan makanan ikan salmon dan ikan tuna.