Sedari dulu bermain layang-layang merupakan salah satu hal yang tidak terlepas dari masa kecil. Ternyata tidak hanya itu saja, layang-layang sendiri, bukan hanya sekedar permainan semata. Layang-layang bisa memiliki nilai historis yang sangat amat luas terutama di Indonesia. Selain sebagai wujud kreativitas, bermain layang-layang juga bisa sebagai ajang olah-raga sampai terapi keseimbangan. Bahkan jaman dahulu kala, layang-layang merupakan salah satu alat untuk menangkap ikan dan di beberapa kultur menjadi bagian dari ritual yang sakral. Dan siapa sangka ternyata ada riset dan temuan bahwa layang-layang pertama di dunia ditemukan di Indonesia. Semua informasi bisa didapatkan saat mengitari dan menelusuri museum layang-layang Indonesia di Jl. H. Kamang No.38, Pondok Labu, Daerah Jakarta Selatan bersama seorang pemandu bernama Pak Asep.

JENIS LAYANG-LAYANG DI INDONESIA

Dengan membayar iuran sebesar IDR.15.000,-/orang, sudah dapat menyaksikan video layang-layang, tour kedalam museum dan membuat layang-layang sederhana. Pada awal kunjungan disajikan dengan menonton video tentang festival layang-layang di Bali dan lain-lainnya. Tanpa alas kaki dipersilahkan masuk ke ruangan yang penuh layang-layang dan full-AC. Pak Asep menjelaskan bahwa layang-layang terdiri dari tiga jenis yaitu tiga dimensi, dua dimensi, dan olah-raga. Layang tiga dimensi lebih mengarah ke kreasi; Janggan, layang-layang dari Bali, adalah salah satu contoh layangan tiga dimensi sedangkan layang-layang Pecukan, asal dari Bali juga, merupakan contoh layang-layang dua dimensi. Hal uniknya ternyata layang-layang Janggan yang berbentuk kreasi jauh lebih mudah dikendalikan dibanding Pecukan. Dan layang-layang olah raga yang dimaksud Pak Asep bukan gantolle melainkan layang-layang yang tersambung ke alat transportasi seperti sepeda tiga roda dan lain-lainnya. Dengan kendaraan, layang-layang dikendalikan. Menurut Pak Asep, olah raga layang sangat bagus buat terapi karena melatih badan untuk menjaga keseimbangan sembari melawan angin yang tertahan oleh layang-layang.

KEANEKARAGAMAN LAYANG-LAYANG SETIAP PROPINSI DI INDONESIA

Disetiap propinsi di Indonesia bisa ditemui beraneka ragam tipe layang dari bentuk, kegunaan hingga tradisi masing-masing. Layang-layang dari Lampung mengambil bentuk dan nama Siger yang berartikana payung. Dahulu kala, Kota Lampung juga memiliki tradisi yang cukup unik yaitu memancing ikan dengan layang-layang berbahan daun, bernama Loko-Loko. Layang-layang yang kerap dulu dimainkan dengan menggunakan benang gelas ternyata asal-nya dari Betawi. “Oh itu sih namanya Layang-layangan dari Betawi atau disebut Koang. Yang buat diadu kan?”, jawab Asep. “Untuk tipe adu ada dua. Ada yang memotong dan juga yang dibelit-belit seperti ular mengintari musuhnya.”, tambah Pak Asep sembari menunjukan tipe-tipe benang.

LAYANG-LAYANG PERTAMA KALI TERCIPTA DI INDONESIA

Tapi diantara semua, ada penjelasan Pak Asep setelahnya sembari menunjukan layang-layang berbahan dedaunan. Pak Asep melemparkan pernyataan yang membuat saya menaikan alis mata, “Tapi kamu tau? Sebenarnya bukan Cina tetapi Indonesia yang menciptakan layang-layang pertama di dunia.”.

Seperti yang dikutip dari sumber terkait beserta penjelasan Pak Asep; Kaghati dalam bahasa Muna berarti layang-layang, dan Kolope adalah nama dedaunan yang digunakan sebagai bahan layang-layang. Hal yang paling menarik waktu ikut lomba dalam adu layang di Prancis, Kagathi Kolope memenangkan kejuaraan pada tahun 1997 mengalahkan Jerman. Karena daya tariknya akan layang-layang tersebut, Wolfgang Bieck, salah satu antusias layang-layangan, akhirnya mengunjungi Pulau Muna di Sulawesi Tenggara untuk mempelajari lebih lanjut tentang layang-layang tradisional tersebut. Disana Wolfgang Bieck menemukan lukisan dari jaman 9000-9500 SM yang memberi gambaran sosok manusia sedang menerbangkan layang-layang. Perjalanan penelitian beliau  akhirnya diterbitkan oleh sebuah majalah di Jerman dengan judul ‘The First Kitman’. Penemuan beliau membuktikan kalau layang-layang sudah ada semenjak 4000 tahun lalu di Indonesia.

Disayangkan bukti dan penemuan Wolfgang Bieck tidak terekam dengan baik. Drachen Foundation, salah satu organisasi arsip layang-layang, pun menjelaskan di salah satu jurnal Tal Streeter bahwa beberapa bukti sudah  mengarah ke Indonesia, terkait negara kita terkenal dahulunya hidup di dunia maritim. Hingga kini, tercatat 16 tahun, belum ada pergerakan untuk melakukan ekpsedisi temuan ini.

ARAH KE MUSEUM LAYANG-LAYANG

Museum swasta ini terletak dekat dengan toko swalayan Aneka Buana jalur jln. RS Fatmawati ke Pondok Labu dan berada di jln.Haji Kamang. Jika kamu dari arah jln. RS Fatmawati, tinggal belok kanan sebelum perempatan toko swalayan Aneka Buana. Museum layang-layang Indonesia tidak jauh dari memasuki gang jln.Haji Kamang.

Berdiri sejak tahun 2003, Museum Layang-layang Indonesia menyimpan lebih dari 300 jenis dari berbagai propinsi di Indonesia begitu juga di dunia. Koleksi layang-layang yang dipaparkan termasuk layang-layang terkecil, layang-layang dari bahan karung goni, kertas minyak dan lain-lainnya. Endang W.Puspoyo, sang empunya sudah aktif didalam komunitas pencinta layang semenjak tahun 1989. Menurut Pak Asep semua dilakukan oleh beliau karena cinta akan layang-layang dan merupakan budaya yang sangat patut dilestarikan.

Sumber Terkait :  Drachen Foundation dan Gocelebes.com


MTRPHN

Tergerak dengan hal-hal baru ataupun lama sembari mencoba untuk cari tau dan menyimpan hal-hal yang bisa saja terlupakan adalah apa yang memotifasi dirinya untuk menerjang tembok keterbatasan.

Artikel-artikel terkait