Tamansari didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I di sekitar pertengahan abad ke-18, adalah salah satu tempat tamasya yang wajib dikunjungi apabila ada kesempatan untuk singgah ke Daerah Kota Istimewa Jogjakarta. Tamansari terletak di daerah selatan kota Jogjakarta, atau tepatnya di bagian barat Alun-alun Selatan(kidul). Tamansari bisa dikunjungi dari jam 9 pagi hingga jam 3 sore.

Taman Sari kerap dipanggil water castle karena memiliki nilai arsitektur dan keunikan pada lekukan bangungan dan air yang terisi dikolam. Mengingat pada dahulunya tamansari dikelilingi segaran atau lautan buatan dengan wewangian dari bunga kenanga dan ditengah ada pulau buatan, bernama Pulo Kenongo. Pulo Kenongo yang merupakan bagian terpenting di tamansari, merupakan tempat peristirahatan sang raja dan keluarganya begitu juga tempat mengadakan kegiatan kesenian batik dan lain-lain. . Tempat ini sudah tidak bisa dikunjungi dan tidak diberi akses. Dan tidak seperti jaman kejayaannya, dimana tamansari tersebut benar-benar dikelilingi danau/lautan.

Walau akses Pulo Kenongo tidak bisa dimasuki, masih ada beberapa bagian lainnya yang patut ditelusuri. Tamansari masih ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi seperti Pemandian Umbul Binangun,  Sumur Gumuling dan daerah disekitarnya.

Pemandian Umbul Binangun merupakan komplek yang terpisah menjadi tiga kolam khusus yaitu kolam untuk raja, para putra putri, dan para selir. Pemandian Umbul Binangun bisa diakses langsung dari Gedong Gapura Panggung(Gerbang Pertama). Salah satu bangunan yang terhubung diantara kolam merupakan tempat abdi raja melempar bunga ke para putra putri dan selir. Begitu juga tempat untuk tidur dan persiapan makan, bahkan tempat melahirkan, semua ada di Pemandian Umbul Binangun terletak di beberapa bilik disekitarnya.

MESJID BAWAH TANAH TAMAN SARI

Paling menariknya terdapat tempat masjid ditengah sumber sumur bawah tanah. Sumur Gumuling, namanya, merupakan Masjid yang terletak di jalan/lorong bawah tanah(tajug) terhubung di Tamansari. Desain masjid ini sangat amatlah unik. Untuk proses pembangunan mesjid bawah tanah ini tidak menggunakan semen bersama batubata, melainkan semen yang digantikan oleh putih telur sebagai bahan adhesive.  Dan apabila diperhatikan didalam sumur gumuling terdapat lima tangga yang melambangkan jumlah rukun Islam.

Mesjid ini didirikan supaya menghindari larangan beribadah sewaktu penjajahan jaman Belanda. Desain lorong yang memiliki dua lantai pun dibuat kedap suara dengan dilapisi tembok setebal 1,5 m dan air(pada waktu masih ada lautan buatan). Untuk berpijak ke mesjid bawah tanah ini cukup terjangkau dari parkiran sepeda motor di depan pintu masuk Tamansari satunya lagi.

Sebenarnya tidak cuma sekedar tempat bertamasya saja, Tamansari memiliki beberapa kegiatan cagar budaya lainnya maupun dari kultur jaman dahulu hingga sekarang. Seperti salah satunya ditemui beberapa cerita dari para penduduk setempat, Tamansari memiliki program seperti pemutaran film lepas, festival kesenian, acara tari dan pelatihan pelestarian budaya batik hingga wayang kulit. Tamansari tepat sekali buat dikunjungi sebelum ke alun-alun selatan untuk menikmati angkringan dan wahana lainnya pada waktu sore hari.

Daftar Pustaka : Eka Hidayanta, Ign., Menguak Keagungan Tamansari, Sumber Aksara Jogjakarta, 2012.


MTRPHN

Tergerak dengan hal-hal baru ataupun lama sembari mencoba untuk cari tau dan menyimpan hal-hal yang bisa saja terlupakan adalah apa yang memotifasi dirinya untuk menerjang tembok keterbatasan.

Artikel-artikel terkait