
Bertepatan di bulan Juni 2015 kemarin yang jatuh sebagai bulan JOGJA ARTWEEK yaitu dimana pada bulan tersebut dijadikan sebagai Perhelatan Seni Terbesar di Indonesia. Suatu acara yang merupakan kolaborasi dari beragam penyuka, penggiat, pelaku dan juga relawan seni di kota gudeg, Yogyakarta. Perhelatan yang di beri nama JAW Artworks Showcase ini mengajak juga menampilkan karya-karya dari para seniman dengan mengusung tema Embrace! Past and Future at Present.
Salah satu yang tergabung untuk juga menampilkan karya seni berupa kolase adalah Angrok Art Club. Angrok Art Club adalah sebuah kolektif kesenian non-organisasi yang semua kegiatannya di lakukan di Yogyakarta. “Babad Paling Keramat” adalah konsep yang diusung oleh kelompok Angrok Art Club yang terdiri dari tiga orang anak muda yaitu Herda Pratama, Reza Pahlevi dan Hidayat Surodijoyo(Iday) untuk perhelatan Jogja Art Week. Tema karya yang mereka usung ini adalah mengenai sebuah kekuatan sebuah budaya. Arti kekuatan disini adalah mengenai kuat karena mampu untuk berbaur dan juga beradaptasi dengan budaya manapun. Diberi kesempatan untuk wawancara mereka via email, yuk simak perbicangan GOOGS bersama Herda Pratama salah satu anggota dari Angrok Art Club.
Halo kawan-kawan dari Jogjakarta. Bagaimana ceritanya memutuskan nama menjadi Angrok Art Club?
Nama angrok diambil dari serat pararaton ,sebuah kitab raja-raja Jawa. Mungkin beliau lebih dikenal dalam literasi populer sebagai Ken Arok. Kami bertiga bersepakat untuk memberi nama kolektif kami dengan nama Angrok dengan mengambil akar kata Angrok : pembangun sekaligus penghancur.
Saya pribadi karena saya menyukai nama band Oi namanya Arok and The Megabois, oplosan punk dan pemberi marka politik Jawa ,untuk kebutuhan personalisasi dua imaji itu tidak akan kurang namun berlebihan.
Selamat dalam mengadakan karya ‘Babat paling keramat’ di Jogja Art Week 2015. Boleh diceritakan mengapa mengambil tema Jawa dan judul ‘Babat paling Keramat’?
Tema Jawa akan tetap akan diambil jikapun saya dan kedua kawan saya bukan seorang Jawa. Karena secara geografis dan ideologinya Jawa seperti Titan, Geryon dan Danawa apapun namanya untuk menyebut jenis raksasa ,besar dan berkuasa dengan warisan-warisan kebudayaan yang dikeramatkan seakan tak boleh dikaji ulang ataupun dirakit kembali untuk digunakan menyikapi situasi budaya sekarang.
Ya, banyak sekali otoritas kebudayaan yang tetap bersikeras dengan kemurnian Jawa beserta produk budayanya, saya bisa cerita sedikit disini tentang contoh kasus diatas : ada seorang dalang terkenal dari Solo yang begitu lantang dan bangganya mensyukuri musibah yang dialami seorang dalang dari Tegal karena mengganti figur wayang kulitnya dengan figur penguasa dengan tujuan untuk mengkritik kebijakan penguasa tersebut.
Karena sebenarnya nilai-nilai keJawaan tidak mencegat apapun pengaruh budaya di luar dirinya untuk tumbuh bersama ataupun menyatu karena pemahaman Jawa terhadap jaman adalah sebuah perubahan. Jaman Owah Gingsir, begitu peribahasa Jawa-nya.
Karya kami Babad Paling Keramat berangkat dari kajian bersama atas nilai – nilai sinkretisme Jawa tersebut,dihadirkan di khalayak untuk menyela pemababakan sejarah kebudayaan Jawa yang dimandegkan oleh para”pemilik” otoritas kebudayaan Jawa.
Proses pengerjaanya dalam menggabungkan instalasi audio visual di Babat paling Keramat seru sekali dan lengkap dokumentasinya. Bagaimana ceritanya akhirnya terwujud?
Saya pribadi sangat menyukai proses pengerjaan karya ini daripada karyanya hahahaha. Kami memang bersikeras untuk membikin karya yang cukup rumit dengan meletakkan karya visual dan audio sama – sama kuat sebagai sebuah karya seni, artinya kedua hal tersebut saling menumpu.
Pertama yang kami lakukan adalah mendiskusikan simpul-simpul narasi tentang kejawaan yang akan kami angkat lantas setelah jadi tema besar kami memecahnya menjadi bagan kerja audio dan visual. Saya dan Reza mengerjakan materi visual sementara Iday mengerjakan aransemennya. Disana ada proses diskusi lagi untuk memantapkan hasil finalnya.
Yah ini jawaban yang tidak deskriptif hahahaaa, kalau penasaran secara tekhnis ataupun proses dokumentasi secara lengkap bisa berkunjung ke angrokart.tumblr.com
Untuk karya Babat paling keramat apa audio duluan atau dikerjakan bersama-sama? Bagaimana akhirnya memutuskan konsep mash-up untuk audio dan illustrasi sebagai visual?
Sebagai sebuah kolektif kami membiasakan diri membuat konsep berbarengan. Setelah konsep matang kami tinggal memikirkan bentuk, moda kerjanya, interaksinya dengan audience dan lain sebagainya. Begitu juga dengan babad paling keramat karna konsep sudah matang maka audio dan visual dikerjakan bareng agar saling mengikat.
Bisa dibilang sederhana, pemilihan aransemen mash up adalah penafsiran kami atas budaya sinkretisme begitu juga dengan gaya visual kami yang apabila dilihat keseluruhan adalah sebuah kolase.
Apakah pengerjaan Babat paling keramat mengalami proses rintangan?Proses pengerjaannya berapa lama?
kesulitan kami dalam mengerjakan karya ini adalah WAKTU ! kami mempunyai banyak sekali pilihan eksplorasi untuk mewujudkan karya ini menjadi lebih dari yang sekarang. Jika diberi waktu 5 bulan, kami pastikan karya ini akan disimpan di MoMA(The Musum Of Modern Art) hahahahhaa. Tapi waktu yang diberikan pihak Jogja Art Weeks cuma 2 bulan dan karya ini disesuaikan dengan tenggat waktu.
Bagaimana respon pengunjung sewaktu ber-interaksi dengan karya?
Selayaknya audience ada yang jaim ada yang serius , tercengang juga ada yang memuji malu-malu tapi ada kejadian yang menarik, ada seorang bapak cukup tua yang kami kira seorang akademisi begitu getolnya menanyai kami tentang karya ini dan memastikan kami agar terus berkarya.
Bagi kami, puji-pujian bapak itu tidak lantas mengindikasikan karya kami berhasil tapi apabila sudah ada kesadaran dari semua orang memastikan dirinya tidak ada yang purist dari budaya-nya lantas mempunyai sikap tidak reaksioner dengan segala yang berbentuk asing bagi dirinya baik seni, pengetahuan, agama, ideologi itu sudah lebih dari cukup membuat kami bahagia.
Ada rencana apa kedepannya untuk AngrokArtClub?
Proyek ke depan bagi Angrok akan mengangkat masalah kekerasan sipil vs otoritarian dengan membuat pertunjukan musik dari bangkai, ya benar dari bangkai!