
Asaahiko adalah salah satu nama yang dibuat oleh Asha Stamboel, sebagai media untuk merepresentasikan karya-karyanya. Asha saat ini sedang mengerjakan project untuk bikin short-story bareng temannya, Postcard & bonus tambahan lainnya dari hasil Digital ilustrasinya ‘Marie’ (untuk sementara masih tahap produksi). Kita kenal lebih dekat lagi yuk dengan Asha.

Asaahiko terinspirasi dari nama panggilan oleh saudaranya. Ketertarikan dirinya dengan Character Design dan Visual Art animasi, ilustrasi anak-anak, kartun, fashion, dan bahkan sampai science fiction adalah sekian dari sedikit inspirasi yang membawa Asha lebih lanjut berkarya hingga sekarang. Asha juga menyukai hasil karya Vincent Perriot salah satu drafter pembuat Triplets of Belleville, hasil komik dan goresan hitam putih Ernie Bushmiller, spontanitas James Thurber, imajinasi Moebius dan H.R Giger yang sungguh sangat masterpiece, artist Lorenzo Mattotti dengan visual yang memukau dan romantis, pelukis Katherine Mann dengan karya abstraknya, Tomi Ungerer sang ilustrator buku anak sampai dewasa, Alfonso Wong pencipta Master Q, dan juga Fashion Illustrator seperti Takahiro Kimura dan Anne Sofie Madsen.
Asha yang menyukai animasi dari Disney, Pixar, Dreamworks sampai Ghibli, mengakui perkembangan inspirasi untuk berkarya dimulai semenjak kuliah melalui Internet dan affinity yang bertambah seiring berjalannya waktu. Ide dan kreatifitas yang diungkapkan oleh Asha menurutnya adalah spontanitas yang terarah. Salah satu ide spontanitasnya terinspirasi sewaktu main the SIMS yang kemudian diilustrasikan dengan karakter Marie yang sedang berbaring di salju.
Mengikuti arus sewaktu mengkaryakan sesuatu dengan hal yang abstrak adalah hal yang Asha lebih suka. Asha mengakui lumayan sulit untuk bisa menjembatani kedua hal tersebut karena apa yang dia inginkan setelah dikaryakan justru tampil beda. Asha yang sangat suka apa aja tentang duyung sebenarnya kurang tertarik mewarnai dengan “warna” (khusus hanya kepada digital, karena sekaligus melatih skill warna) dan memilih hitam putih sebagai tone utama untuk lebih ekspresif. ” Simple, dan salah satu tantanganya yaitu membuat hitam putih tidak kalah menarik dengan yang berwarna”, jelas Asha. Baginya membuat sebuah objek yang terus berulang juga adalah tantangan. “Garis-garis sketsa yang dibuat pasti gak jauh beda sama waktu awal. Aku senangnya waktu sketsa lebih spontan, misalkan mood-nya lagi sedih / senang, nah karyanya akhirnya bener-bener mencerminkan mood dan kepribadian”, tambah Asha. salah satu karya bw sketsanya ini yang sangat berkesan, bagi dirinya:
Karya Asha ada macem-macem logh. Ada yang format Watercolor, Black and White Sketches, Digital Painting, dan sampai Cover Art band. Asha tidak masalah menggunakan alat tulis/gambar dari charcoal sampai watercolor paint. Untuk ukuran kertas, Asha lebih nyaman memakai ukuran yang lebih kecil dari A4.