
Menggabungkan dua hal yang berbeda bisa menjadi sesuatu yang menarik sebagai konsep acara yang terjadi di Kedai Rupa, terletak di Jl.Margasatwa Barat No.9 Jakarta Selatan. Dengan menjembatani dua dunia yang cukup berbeda, ilustrasi dengan Street Art.
Silahturami dan kolaborasi, ucapan yang sering disebut saat berbincang seru dengan kedua pelaku yang menginisiasi acara bertajuk ‘Temu Rupa’ di Kedai Rupa pada awal April 2016 dan berjalan selama dua minggu dengan acara musik, pameran, dan bazaar. Rei dari Kedai Rupa dan Popomangun dari Morning Drawing berbagi cerita tentang kegiatan acara yang seru ini saat berjumpa waktu closing acara.
Boleh dong cerita sedikit tentang Kedai Rupa?
Rei: Kedai Rupa itu didirikan karena keinginan memiliki tempat nongkrong yang tidak cuma nongkrong. Ada yang dikerjain, dibahas dan jadi bahan obrolan. Jadi tempat tongkrongan positif lah.
Rei: Sebenarnya obrolan untuk membuat kedai rupa itu sudah lama, dari dua tahun yang lalu. Saya berbincang kepada rekan saya, Fredo, dari pembahasan betapa susahnya untuk cari tempat pameran. Mungkin karena disatu sisi karya saya bukan seniman banget. Dan Teman-teman saya juga bingung untuk mencari wadah. Akhirnya saya sama Fredo memutuskan untuk bikin Kedai ini.
Rei: Fredo kebetulan yang menfasilitasi tempat. Fredo hanya sebagai penikmat bukan pelaku, mengajak saya untuk mengisi tempat ini dengan acara kesenian. Biar konsep tempatnya itu bisa buat acara, dibuatlah semacam warung kopi tapi tidak ada mi instan dan cuma ada cemilan cepuluh lain-lainnya.
Untuk ‘Temu Rupa’ sendiri; Bagaimana ceritanya akhirnya diadakan di Kedai Rupa?
Rei: Supaya tempat ini diisi oleh para pelaku seni, saya buatkan program acara untuk Kedai Rupa dengan mengajak komunitas-komunitas menggambar. Untuk program yang pertama saya ajak teman saya Popomangun dan kita berdua bersepakat untuk mengadakan acara berjudul ‘Temu Rupa’.
Popomangun: Saya pikirnya sih begini. Ketika mau buat acara yang seru tapi ga berat, yang ada dibenak saya muncul kata ‘silahturami’. Dan Kedai Rupa sebagai wadah itu seru banget karena lokasinya cukup strategis di Jakarta Selatan.
Popomangun: Namanya Pas banget h-4 saat buat poster, sebelum ok akhirnya bikin acara. Saya pikir namanya nih, yang simple tapi orang bisa notice bahwa acara ini bagian dari kedai rupa, bersifat silahturami dan kolaborasi.
Apa yang bikin acara ‘Temu Rupa’ itu unik dan beda dari yang lain?
Popomangun: Sebenarnya acara seperti ini sih sudah banyak. Cuma konsep paling mateng adalah Rei pelaku street art dan saya suka menggambar. Kita menggabungkan dua dunia yang berbeda dengan garis merahnya menggambar di bidang kesenian. Akhirnya jadi lah di acara ini, Rei koordinasi dengan teman-teman untuk gambar di tembok dan saya mengajak teman-teman menggambar untuk pameran disini.
Popomangun: Saat dipertemukan di acara, mereka juga kaget ada street artist yang membuat ilustrasi juga. Begitu juga sebaliknya. Jadi ada banyak hal-hal saya sama Rei temukan, tidak ada ditempat lain.
Rei: Iya jadi ada beberapa street artist yang ikut pameran ilustrasi dan dibalik itu beberapa ilustrator ikut kolaborasi bareng lewat media dinding di acara ini.
Mengapa memilih kedua hal tersebut?
Popomangun: Tujuannya yaitu untuk tidak memberi batasan antara ilustrator dan street artist, disitu kita bergerak di kesenian yang sama-sama menggambar. Istilahnya secara tidak langsung acara ini menjembatani hal itu.
Rei: Keresahan juga sih sebenarnya. Karena kenyataan pada akhirnya ada banyak contoh seperti street artist berkerja sebagai ilustrator. Dan Ilustrator punya hobi berkarya di jalan jadinya street art. Kita bukan kayak di amrik yang gangster dan hip-hop banget dimana pembatasannya berasa banget.
Popomangun: Medianya aja sebenarnya berbeda padahal kalau ditelaah sama. Temu Rupa itu yang mempertemukan dua hal yang berbeda tersebut.
Apakah untuk acara Temu Rupa berikutnya akan tetap mengambil dua skena tersebut?
Popomangun: Pastinya beragam dan yang penting selama sifatnya berbentuk rupa atau bisa diliat. Film bisa banget sebagai contoh bagus, kita bedah dengan gambar. film dengan menggambar jadi satu, dapat tuh temu rupa-nya disitu.
Apakah konsep untuk ‘Temu Rupa’ sudah dipikirkan sebelumnya apa baru diinisiasi di Kedai Rupa?
Popomangun: Dijaman saya kuliah komunikasi di UIN; Saya bersama teman-teman membuat komunitas desain grafis pada saat itu, akhirnya terjun melakukan kegiatan halnya street art dengan mengkaryakan JPO depan kampus.
Popomangun: Saya juga kenal pertama kali dengan Rei sebagai ISAD, dalam perihal dokumentasi saat itu. Disitu desain grafis yang merupakan hal yang berbeda, bisa melakukan kegiatan halnya street art. Dari pengalaman itu saya coba buat jadi konsep versi lebih matang lewat ‘Temu Rupa’.
Apakah ‘Temu Rupa’ akan menjadi acara regular di Kedai Rupa?
Popomangun: Timeline sih ada tapi tidak sebulan sekali dibuat. Jadi supaya mengatasi untuk orang tidak bosan karena Temu rupa ada terus.
Rei: Sebenarnya yang penting kita tau polanya karena kebetulan acara pertama Temu Rupa sudah ada kontennya jadi acara berikutnya tinggal diikutin atau ditambahin.
Ada Bazaar dan acara musik selama Temu Rupa berjalan selama dua minggu. Apakah itu memang sebagai segmen penting acara ‘Temu Rupa’?
Dijeeeeeehhhhh The Hello Club on the track! #kedairupaevent #kedairupa #temurupa
A photo posted by kedairupa (@kedairupa) on
Popomangun: Kebetulan untuk musik itu mendadak banget, kayak hari h-1 poster jadi baru dimasukin. Tidak terencanakan. Alhasil jadinya bumbu lebih manis dan membuat acara semakin seru untuk yang datang. Se-simple itu.
Popomangun: Dan banyak pelaku seni yang membuat merchandise. Kita mengajak mereka supaya bisa memperkenalkan karya-karyanya lewat bazaar.
A photo posted by kedairupa (@kedairupa) on
Rei: Feedbacknya ada juga dari penjual ketemu penjual, mungkin sama-sama penikmat seni melakukan hal baru bareng ntar kedepannya dari bazaar ini.
Ekspektasi kalian apakah tercapai untuk acara ‘Temu Rupa’?
Popomangun: Bisa ketemu orang-orang baru dan disatu sisi ternyata dua skena ini bisa disatukan dengan baik. Bisa jadi wadah untuk membuat apapun dan sebagai tempat memulai juga.
Popomangun: Semoga kedepannya juga bisa memadukan hal yang lain seperti film dengan gambar, desain grafis dengan street art dan lain-lainnya.