
Suara menderu dengan noise nan psychedelic menyihir kita untuk terhanyut dengan apa yang sekarang sedang sangat digemari oleh para pengejar dan penikmat suara. Diantara itu ada satu band dari Bandung yang patut disimak, Napolleon Band. Mereka baru rilis Februari ini dengan self-titled album EP dengan format 4 lagu:Infinite Loop, Rendezvous, Seeing Believing dan Erasable Eraser. Tidak cuma itu saja, Mereka tersorot oleh Sean Hocking, owner label Metal Postcard Records dari Hongkong. Mau tau lebih lanjut? Yuk simak wawancara kami bersama mereka.
Hallo Napolleon. Gimana ceritanya kalian terbentuk?
Tentunya dari sel-sel genetis yang saling bertabrakan lalu mereka yang mampu bertahan pada akhirnya dapat melebur menjadi wujud Napolleon di sekitar tahun 2011.
Musik kalian begitu menyihir. Belajar sihir darimana? Dan terinspirasi dari mana aja?
Tentu kami besar dengan sihir-sihir dan matra-mantra yang diajarkan pasukan Hogwarts, Profesor McGonagall cs dan Gandalf si kelabu. Dari situ kami banyak mencari leluhur mereka yang tentunya banyak memberi ilmu pada McGonagall dan Gandalf. Salah satunya adalah Daniel Richter sang Moonwatcher yang akhirnya menyadari cara guna dari tulang belulang untuk dijadikan peralatan bahkan persenjataan.
Akhirnya EP kalian keluar ya sekitar awal bulan Februari tahun ini. Dan begitu juga rilis global lewat label hongkong Metal Postcard. Gimana caranya bisa kolaborasi dengan Sean Hocking?
Iya nih akhirnya setelah materi sempat cukup lama terjebak dalam gelombang kosmik, materi EP nya bisa lolos juga. Sebenarnya kami engga kolaborasi sama Om Sean Hocking, beliau mendengar kita lewat kanal Soundcloud dan begitu tertarik untuk bantu merilis materi kami secara global. Tawarannya tentu sulit untuk kami tampik.
Cover art albumnya keren. Yang buat siapa?
Alhamdulilah terima kasih banyak. Buat cover depan itu buatan seniman muda berbakat bernama Rendy Raka Pramudya, buat yang single bisa follow akun instagramnya @rakaaaap. Sisanya yang di dalem bungkus buatan vokalis kita Bayu Andrianto, alhamdulilah doi juga jago gambar.
Cerita dong bagaimana bisa memilih cover art tersebut untuk merepresentasikan isi EP?
Untuk artwork nya sendiri itu merupakan pose yoga (yang kami sendiri lupa namanya apa) dengan analogi embrio yang buat kami sendiri EP ini merupakan sebuah embrio dari perjalanan kami. Penggunaan pose yoga sendiri menghubungkan sebuah fenomena olah raga yang populer di masa kejayaan psikedelik akhir tahun 1960-an yang kini kembali banyak dikenal di masyarakat tentunya sudah dengan berbagai pergeseran nilai-nilai budayanya baik dalam gaya hidup begitu juga dalam berkarya musik. Secara sadar, penggunaan sticker pun bukan hanya menjadi gimmick, tapi penjelasannya akan menjadi terlalu panjang lebar sehingga mungkin akan lebih baik disambung ke episode yang lain.
Setelah ini. Ada rencana apa kedepannya untuk Napolleon?
Rencana libur lebaran sedang kami rencanakan karena kehidupan bekerja pasti butuh sedikit waktu untuk refreshing.