
Rio Sabda adalah seniman berdomisili di Jakarta yang namanya sudah tidak asing di dunia ilustrasi Indonesia. Bermula dari terinspirasi jajaran ilustrator-ilustrator yang handal pada masa kuliahnya dulu, dengan gigih dan semangat yang pantang menyerah, kini Rio Sabda menekuni dan menjalani apa yang Ia gemari, yaitu menggambar. Dan bergabung bersama rekan-rekannya di Caravan Studio tidak lama setelah lulus dari kampus Bina Nusantara sekitar tahun 2009.
Hingga kini Rio Sabda sudah menghasilkan berbagai macam karya. Bersama Caravan Studio sebagai konsep artis berkerjasama dengan salah satu videogame developer ternama, hingga jajaran tv series lokal berskala internasional seperti ‘Halfworlds’ di HBO Asia.
Yuk simak perbincangan GOOGS bersama Rio Sabda sewaktu berjumpa dengannya saat pameran ‘Milky Way’ di Hubble Scoop Creamery, tentang bagaimana perjalanannya menjadi fulltime ilustrator, kegemarannya dengan era Ottoman, hobi traveling, saran dan pesan melalui penjelasan buku ‘Power of Habbit’:
Sejak kapan kamu suka mengambar?
Ketertarikan saya untuk memulai sebenarnya semenjak kecil. Namun saya menggambar diselingi dengan hobi lain. Pas kuliah saya masuk desain grafis pun tidak terlalu pengen banget untuk menjadi ilustrator, karena syaratnya harus bisa menggambar.
Namun semenjak semester 3 saya ter-expose oleh ilustrator-ilustrator yang handal pada saat itu, hingga meyakinkan saya untuk banting setir dari desainer menjadi ilustrator.
Dalam masa transisi, bagaimana kamu membuat diri semakin yakin untuk jadi ilustrator?
Sebenarnya saya pindahnya telat ke ilustrasi. Ok-lah bisa dibilang waktu kuliah saya cukup diketahui di dunia illustrasi. Akan tetapi saat mencoba masuk ke dunia industri yang sesungguhnya, skill saya belum mencukupi. Dan pada saat itu, mencari informasi pun tidak semudah sekarang.
Sempat bekerja di sebuah Distro. Saya memanfaatkan waktu senggang untuk latihan gambar terus menerus terutama di hari jumat, sabtu, dan minggu. Singkat cerita, saya menjadi yakin ketika bertemu dengan rekan dari Imaginary Friends Studio, kantor illustrasi di Singapore yang sekarang ada cabangnya di Jakarta, bahwa orang Indonesia bisa berkarya di ilustrasi dan masuk ke dunia industri entertainment skala Internasional.
Akhirnya saya memutuskan untuk bekerja sebagai ilustrator dibawah naungan Angga Satrio Hadi, pemilik GONG STUDIO yang berlokasi di Depok. Dari situ saya mulai mendapat banyak informasi baru, bahwa industri punya ketentuan-ketentuan tersendiri. Dan dalam waktu satu setengah bulan saya belajar cukup banyak. Berhubung lokasi kantor GONG Studio jauh, saya ditawarkan oleh Angga Satrio Hadi untuk kerja di Caravan Studio yang lokasinya lebih dekat dengan domisili.
Di Caravan Studio saya merasakan transisi yang paling signifikan karena dikelilingi dengan sesama artis yang sangat pakar di bidang ilustrasi. Saya belajar banyak terutama sewaktu dibawah naungan Rudi Siswanto dan Lius Lasahido. Disatu sisi juga karena industri menuntut untuk level up.
Melihat sekilas di devianart link ada tulisan Kepondang Kuning. Kepondang Kuning itu apa ya?
Kepondang itu dari nama burung kicau berwarna kuning. Kata tersebut dipakai karena awalnya untuk mencari nama email yang pas. Hingga sekarang keterusan deh.
Karya kamu sebagian besar menggunakan unsur genre fiksi ilmiah dan fantasi. Apakah hal tersebut merupakan tuntutan industri? Dan apakah kamu pernah coba explore ke tema yang lain?
Fiksi ilmiah dan fantasi memang sudah menjadi tema standar industri ilustrasi dan concept art. Kalau personal, berhubung ada hubungan dengan latar belakang saya, saya suka menggambar tema middle eastern. Dan kebetulan saya suka banget gambaran middle eastern dari seniman orientalis ‘Jean leon Gerome’ yang meng-capture peradaban pada saat itu.
Saya suka berbagai macam kultur dari middle eastern dan turkish seperti era dinasti Ottoman, dinasti Abbasiyah, dan lain-lainnya dari warna pakaian hingga musik. Tetapi diantara semua saya paling suka era Ottoman, saya sehari-hari sampai dengerin musik klasik era tersebut. Saya juga sedang dalam proses menggarap konsep ilustrasi yang menggabungkan kultur Ottoman dengan steampunk.
Selain Ottoman era; Saya juga suka gaya animasi Pixar dan Disney. Saya pengen mencoba gaya konsep artis seperti Mike Yamada, Robert Kondo, Dice tsutsumi, dan lain-lainnya. Akhir-akhir ini membuat ilustrasi dengan ciri khas tersebut.
Respon dan tanggapan pun bagus dari orang lain sehingga saya jadi pingin lebih explore lagi. Saya pun membuat ilustrasi hewan yang memiliki background yang sangat Indonesia seperti penguin-penguin di warung atau tikus jadi supir bajaj. Jadi tema lokal tapi karakternya hewan-hewan gitu.
Apakah kamu pernah mengalami kesulitan atau halangan sewaktu berkarya?
Halangan paling besar kalo kerjain dirumah disangka nganggur, akhirnya disuruh-suruh lakukan kegiatan rumah seperti beli gas. Itu ngerusak mood banget sih.
Tapi sebenarnya tidak ada halangan kali ya karena tidak sering mengalami hal tersebut, selain disatu sisi saya juga punya banyak kegiatan diluar untuk menggambar.
Adakah kegiatan lain selain menggambar?
Saya ikut youth club dan suka sekali travel. Sebenarnya berkelana dan bertamasya juga bisa dibilang baru.
Sudah pernah kemana aja?
Saya sudah ke Sumatra, pulau Belitung, Riau, Padang dan Bukit Tinggi; kemudian di Jawa naek gunung Prau, gunung Lembu dan menelusuri Banyu Wangi hingga ke Pulau Bali, Lombok, Gili Trawangan, dan di taun ini rencananya mau ke Flores.
Apakah travel membantu kamu dalam ilustrasi?
Saya dapat ilham untuk traveling dari para digital dan concept artist diluar sana. Mereka sering upload perjalanan via sosmed. Dan mereka foto-foto untuk stock ilustrasi mereka. Menurut mereka, apabila mencari referensi jangan lewat google dan lain-lainnya saja. Saya mengakui hal tersebut terutama saat berlibur dan bertamasya. Saya bisa menambah wawasan insight misalnya referensi warna, dibanding referensi-referensi yang biasa saya liat di monitor.
Bagaimana menurut kamu dunia industri ilustrasi dalam beberapa tahun kedepan?
Susah sih sebenarnya untuk menerka tapi menurut saya dunia industri ilustrasi terutama digital art akan lebih berperan di 3D. Illustrator yang kerja melalui format digital dahulunya cukup menggunakan software seperti Photoshop, kini harus belajar banyak software 3D seperti Zbrush, Modo dan lain-lainnya. Industri juga menuntut waktu dan presisi yang semakin ketat.
Saya ingat cerita waktu itu Shaddy Safadi, salah satu senior konsep artis dari Naughty Dog, sekaliber itu dituntut untuk belajar software 3D dalam tiga minggu atau gak ya dipecat. Jadi Illustrator diluar yang bisa menggunakan software 3D sebenarnya bukan niat tapi dijadikan tuntutan dan terpaksa memenuhi kebutuhan Industri. Di Indonesia masih belum dan harus siap-siap untuk beradaptasi.
Apabila ada 4 pahlawan di hidup kamu. Siapakah mereka dan kenapa?
Chris Lie, pendiri Caravan Studio, karena saya tau visi misi dia ingin membuat para illustrator menjadi sejahtera. Rudi Siswanto dan Hendry Iwagana karena satu tim seperjuangan di Caravan Studio. Dan Erfian Asafat yang selalu mengingatkan saya balance antara this-world dan here-after, saya selalu sharing hal-hal spiritual dengannya.
Apakah kamu ada saran dan pesan buat mereka yang ingin mengasah keterampilan dalam menggambar supaya semakin produktif?
Saran saya yaitu perbaiki habbit. Karena apabila menggambar dan hasilnya tidak berkembang, itu bisa jadi karena habbit-nya atau kebiasaan yang tidak bagus. Cara termudah untuk memperbaiki kebiasaan yaitu menggambar menjadi habbit. Salah satu referensi yang dianjurkan dan telah diterapkan oleh saya sendiri yaitu membaca buku ‘Power of Habbit’ warna kuning cover-nya. Kalau mau ada juga di Google atau bahkan di Youtube. Semoga dengan itu bisa membuat menjadi produktif.
Apa sih salah satu contoh penerapan sistem yang ada di buku ‘Power of Habbit’?

Menunda kerjaan itu salah satu kebiasaan atau habbit. Dari buku itu juga bisa memberi kita clue akan trigger kita menunda. Misalkan di kamar ada game yang membuat menunda kerjaan maka harus dihilangkan. Jadi harus menganalisa kenapa habbit buruk itu muncul, setelah itu harus mencari juga trigger kenapa kamu mulai gambar begitu juga reward yang kamu dapat setelah gambar. Reward itulah yang membuat kita ingin melaksanakan habbit kita yaitu menggambar, contoh lainnya mungkin saya suka jogging di senayan, bukan karena joggingnya itu sendiri, melainkan karena reward setelah jogging yaitu tempe mendoan yang sangat nikmat di senayan sana.. hehehe. Coba aja baca bukunya karena disana ada method lebih jelas untuk menerapkan itu semua.
Source : Pics courtesy of Rio Sabda