
Yogyakarta memang dikenal sebagai pusatnya para seniman. Tidak heran kalau banyak dijumpai hasil karya kreatif dari Yogyakarta. Salah satunya adalah sebuah perusahaan bernama Ruaya Co yang didirikan oleh Dody Andri. Kreasi unik tersebut adalah sebuah speaker pasif yang bisa dipakai tanpa menggunakan listrik. Kok bisa, ya?
Dody mengungkapkan kalau dalam pengerjaannya, speaker tersebut sepenuhnya dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang alami, yakni kayu. Speaker ini pun berguna untuk bisa membuat suara terdengar lebih keras. Lalu, bagaimana cara speaker ini bisa melakukan hal tersebut? Terlebih tanpa menggunakan listrik.
“Cara kerja speaker ini menerapkan prinsip rensonansi bunyi. Suara dari smartphone akan ditampung dalam ruang kosong pada speaker, lalu disalurkan keluar. Proses ini menghasilkan perbedaan suara kurang lebih 5 desibel.”- Dody Andri.
Untuk menggunakan speaker ini pun cukup mudah. Kamu bisa membuka bagian penutup di bagian atas speaker, kemudian menempatkan ponsel pada lubang tersebut. Setelah itu, kamu tinggal menyalakan ponsel dan memainkan musik. Terdapat beberapa jenis ponsel yang bisa digunakan pada speaker ini. Di antaranya adalah iPhone 4, 5s, 5c, 6, serta 6 Plus.
Pihak Ruaya pun menyediakan enam jenis variasi speaker tanpa listrik ini. Variasi tersebut terletak pada warna serta bahan kayu yang digunakan. Mengenai harganya, speaker tanpa listrik ini dipatok dengan banderol seharga IDR 550.000,00 per unit. Pembelian pun bisa dilakukan via website resmi Ruaya.
Menariknya lagi, respon masyarakat terhadap keberadaan speaker tanpa listrik dari Ruaya ini ternyata cukup tinggi. Dody mengatakan, kalau dari seluruh produk yang dibuat oleh Ruaya, speaker tanpa listrik merupakan produk yang paling laris. Pembelian pun datang dari berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Bali, dan beberapa kota di luar pulau Jawa.
Dalam pemasarannya, Dody mengatakan kalau pihaknya sepenuhnya lebih mengandalkan layanan penjualan secara online. Terutama, karena bisa menghemat pengeluaran dengan tanpa menyediakan ruang untuk pameran. Saat ini, hampir 80 persen omzet yang didapatkan oleh Ruaya berasal dari penjualan online.
Selain produk speaker tanpa suara, kamu juga bisa menemukan produk berbahan kayu lainnya yang dibuat oleh Ruaya. Produk tersebut adalah slingbag cantik dan tempat untuk menyimpan kartu. Dody mengatakan kalau pihaknya memang sengaja membuat produk-produk yang berbahan kayu. Alasannya, karena dia ingin menunjukkan potensi besar yang ada di Jogyakarta.
Tidak hanya itu, dalam setiap pengerjaannya, produk-produk yang dibuat oleh Ruaya ini merupakan produk handmade. Para pengrajin yang bekerja membuat produk tersebut adalah para tenaga kerja lokal. Jadi, produk Ruaya ini sepenuhnya merupakan produk 100% dari Indonesia dan untuk Indonesia.
Ada hal menarik lain yang bisa ditengok dari keberadaan Ruaya, terutama mengenai logo yang mereka gunakan. Logo ini menampilkan sekumpulan ikan cakalang yang berkumpul dalam sebuah lingkaran. Ada makna tersendiri dibalik nama dan logo Ruaya.
Ruaya memiliki arti siklus penyebaran ikan cakalang untuk menunjukan eksistensi melalui berkembang biak. Nama itu muncul dari sebuah filosofi ikan cakalang yang dituliskan Pramudya Ananta Toer dalam “Nyanyi Sunyi Seorang Bisu”. Disana Pram menuliskan,”Dalam hidupnya jenis yang satu ini (cakalang) harus terus berenang dengan kecepatan paling tidak 20 mill per jam. Kalo tidak, sistem saluran darahnya yang berada di bawah kulit akan membeku. Pilihanya ia bergerak atau mati.”
Filosofi untuk terus bergerak itulah yg kemudian digunakan Dody dalam menjalankan Ruaya. Sepertihalnya arti nama Ruaya, ia berharap agar produk-produknya akan tersebar luas, ke tempat tempat yang berbeda untuk saling memproduksi ‘dirinya’ dan ‘yang lain’.