
Setelah jeda sebulan menayangkan videoklip animasi berjudul “Anakto”, Talun Awan mempersembahkan rilisan perdana EP mereka dengan judul yang sama. Album mereka yang berisikan 4 lagu ini sudah dirilis dalam bentuk CD oleh record label Sinden Sanen. Dan Talun Awan menyediakan Art Merchandise yang di bundle dengan album EP “Anakto”; berisikan Zine, Pin, Totebag dan Patch. Art Merchandise ini merupakan hasil kerjasama Talun Awan dengan 4 seniman, yaitu Mahendra Nazar(Micro B Studio), Danot(Studio 75), Onel(Mediocrux) dan Rezamorp.
Talun awan berawal dari keinginan Nur Sabar Oktavani, atau akrab disebut Sabar Degelong, melanjutkan karya dari projek solonya “SAABA” yang dirilis tahun lalu. Kemudian Sabar mengajak ketiga rekannya, Mirza, Estu , dan Ray, untuk kolaborasi sembari menantang bersama dan “keluar” dari kebiasaan mereka masing-masing. Nama SAABA pun diganti menjadi Talun Awan semenjak tanggal 20 Mei 2017, tepat disaat peringatan hari kebangkitan nasional.
Pembicaraan menarik terjadi saat itu, dimalam hari sehabis menonton latihan Talun Awan, dimana GOOGS janjian bersama mereka untuk berbincang bersama tentang proses kreatifitas dibalik album EP mereka yang berjudul “Anakto” di sebuah studio latihan. Awalnya pun dibuka dengan mewawancari ketiga personil Talun Awan yaitu Mirza, Estu dan Ray.
Bagaimana akhirnya kalian diajak kolaborasi oleh Sabar dan membentuk band Talun Awan?
Mirza : Saya berjumpa dengan Sabar awalnya dari projek saya sebelumnya, bernama Parisude. Saya direkomendasikan Sabar saat mencari pemain perkusi, kenal awalnya dari situ dan akhirnya kolaborasi bareng. Akhirnya pada saat Parisude vakum, gantian Sabar mengajak saya kolaborasi di Talun Awan.

Estu : Pertama kali ketemu Sabar, tidak jauh ceritanya dari Mirza. Mirza ajak saya untuk kolaborasi di Parisude. Karena Mirza minta bantu Sabar, maka saya bisa kenal dengan Sabar dimana ia membantu Mirza. Dan kemudian saat Parisude vakum, saya diajak Sabar juga untuk kolaborasi.
Ray : Saya kenal Sabar saat dirumahnya, dimana istrinya Sabar, Salimah Hakim sedang mengadakan acara. Sabar kebetulan sedang mencari drummer dan pada waktu itu Sabar sudah merekrut Estu dan Mirza. Saya tertarik, akhirnya latihan di studio musik bersama mereka. Dan ternyata cocok hingga lanjut sampai sekarang.
Mengapa bisa dibilang cocok?
Sabar : Mungkin karena mereka menerima saya apa adanya. Projek ini kan sebenarnya bisa dibilang mengajak saya dan mereka untuk menantang diri bersama-sama sehingga keluar dari kebiasaan masing-masing.
Apa yang bisa dianggap keluar dari kebiasaan masing-masing setiap personil?
Sabar : Kita semua berasal dari latar belakang selera musik yang berbeda-beda. Disatu sisi saya yang biasa memainkan perkusi dan bernyanyi justru di Talun Awan menjadi gitaris. Estu yang sebelumnya posisi gitaris menjadi pemain bass disini.
Ray : Saya yang biasa dihadapi set drum untuk Rock dan Punk Rock, harus menghadapi setup yang berbeda karena digabungkan dengan tambahan perkusi.
Mirza : Banyak banget keluar dari kebiasaan yang biasa saya mainkan di gitar. Saya kan biasanya main musik etnis di Parisude. Saya termasuk jarang menggunakan efek distorsi ataupun noise, jarang banget malahan. Dan pattern-pattern gitar yang tidak biasa, saya temukan juga di Talun Awan. Saya belajar banyak eksplorasi disini.
Dari hal yang jadi tidak biasa ini apa hasil yang kalian dapat?
Estu : Muncul kebiasaan baru.
Mirza : Sebenarnya main musik akan meninggalkan karakter di lagu yang dibuat bersama. Dan karena sering bermusik bareng, akhirnya karakter itu kepancing keluar.
Mengingat album “Anakto” EP ini sebenarnya merupakan lanjutan dari Album SABAA. Apakah diberi kebebasan untuk eksplorasi?
Mirza : Ada sedikit kebebasan dan tetap tersaring juga. Batasan itu justru membuat saya memiliki karakter yang baru di Talun Awan.
Estu : Bandel tapi teratur. Tetap ada benang merahnya.
Mirza : Ya walaupun saat manggung kadang-kadang masih suka bandel sih.
Bagaimana proses rekaman Talun Awan “Anakto” EP?
Sabar : Untuk rekaman drum Ray kita kerjakan di Als Studio, Rempoa. Sisanya dirumah saya, Mirza dan Abraham Rahaja. Abraham Rahaja itu Sound Engineer yang mixing mastering album EP “Anakto”.

Apakah menemukan tantangan dalam proses pengerjaan Anakto EP?
Sabar : Pasti sih kalau hal-hal teknis. Justru hal ini kita eksplorasi dengan eksperimen suara. Seperti contohnya, set drum ditambahkan kaleng semprot nyamuk dan kardus untuk dijadikan perkusi. Vokal juga diberi efek delay. Gitar juga kita eksplorasi. Akhirnya tantangannya jadi lumayan, proses ini membuat kita harus nge-take sampai sreg (cocok).
Apakah hal eksperimen itu disengaja dalam proses rekaman atau karena ingin mendapatkan suatu yang baru?
Sabar : Dua-duanya justru. Eksperimen dilakukan untuk kita belajar supaya bisa mencari hal-hal yang baru. Biar hasilnya tidak ‘gitu-gitu’ aja. Tujuannya Talun Awan lebih eksperimen juga, sembari cari karakter, dan tes kegilaan juga sih.

Apakah hal eksperimen ini akan dipertanggung jawabkan dirilisan berikutnya atau akan terus eksperimen?
Sabar : Pastinya akan eksperimen terus sih. Saya juga sempat berpikir, mungkin rilisan nantinya akan merekam lagu hanya vokal bersama bass. Ada yang bertiga, bahkan ada yang drum dan vokal juga. Pokoknya menempatkan posisi mencoba menantang terus dalam bermusik.
Apakah menantang diri sendiri itu untuk menempatkan diri untuk tidak bermusik secara konvensional atau ada hal lain?
Sabar : Itu sih, benar merahnya yang terpenting, yaitu menantang diri. Dan saya juga tidak munafik sih, kalau ada kepikiran mendengar musik yang lain justru ingin mencoba bermain ‘keliaran’ dalam bermusik. Saya berpikir kalau musik itu jangan dibatasi dan dibongkar saja.
Misalkan ada pendengar yang menyukai karya Talun Awan apakah akan dipertahankan kah?Atau senantiasa berubah karena eksperimen?
Sabar : Saya pribadi belum terlalu jauh untuk memikir kearah sana. Bermusik bagi saya, mengeluarkan syahwat (nafsu) dan kesenangan aja sebenarnya. Kalau misalkan ada bonus ataupun tidak, ya tidak apa-apa. Menurut saya yang penting ‘berkarya’.
Sejauh ini bagaimana respon para pendengar yang mendengar “Anakto” EP?
Estu : Sejauh ini banyak yang bilang musik kita banyak pergantian dan perubahannya. Mereka juga bilang musiknya tidak biasa. Ada yang bertanya sampai masalah teknis dalam latihan. Output dari mereka pun belum terbiasa dan itu justru membuat mereka jadi penasaran.
Ray : Ada yang bilang beat-nya enak dan cocok disetel pas kerja. Ada juga yang bilang musiknya sangat kompleks.
Videoklip Talun Awan dalam format Animasi. Berjudul “Anakto”. Video dari Sinden Sanen.
Sabar : Ada yang bilang tidak suka karena bukan selera musiknya. So far sih, yang saya dengar, alhamdulilah negatif semua. (semua tertawa)
Sabar : Ya menurut saya sih, bermusik ya jujur aja dan tidak berharap apa-apa. Tidak perlu dibatasin dengan trend dan lain-lain. Tidak usah mempermasalahkan urusan yang mendengar.
Kenapa Talun Awan tidak langsung rilis full album?
Sabar : Kalau pribadi, saya ingin memperkenalkan Talun Awan secara pelan-pelan. Takutnya kalau buru-buru pun, hasilnya ya tidak maksimal.
Membahas tentang judul-judul lagu dan inspirasi etnis dari cara pengambilan vokal di ‘Anakto’ EP; Bagaimana Talun Awan bisa mendapat inspirasi tersebut?
Sabar : Dalam proses pembuatan lagu-lagu di “Anakto” EP, saya justru tidak berpikir harus memasukan etnis atau tidak. Jadi secara tidak langsung ‘keluar’ saja. Misalkan, contoh dalam proses pembuatan lagu , saya bermain gitar dan membuat vokal sampai lirik-liriknya. Kalau misalnya ada part yang harus diubah, justru saya berpikir bagian Mirza, Ray dan Estu untuk bagaimana cara masuk ke bagian lagu tersebut.
Sabar : Seperti yang teman saya bilang, seperti bukan saya yang membuat. Beda sih dengan projek saya yang sebelum-sebelumnya, kalau di Talun Awan mengalir aja dan lepas.
Membahas packaging Anakto EP. Bagaimana Talun Awan bisa bekerja sama dengan empat seniman untuk bikin Art Merchandise?
Sabar : Awal cerita saya mau pameran sama mereka dari ajakan salah satu senimannya. Terus, yang seharusnya pameran justru banyak yang tidak bisa karena banyak hambatan dan disatu sisi projek Talun Awan sudah jalan. Berkat ini juga saya kenal sama mereka, langsung saja saya ajak mereka untuk respon materi-materi di Talun Awan. Dan ternyata respon mereka baik dan sangat positif.
Bagaimana proses pengerjaannya?
Sabar : Proses pengerjaannya tiga minggu. Tiap senimannya dikasih satu lagu dalam bentuk CD. Saya kasih lagunya saja tanpa memberi penjelasan detil dan membebaskan mereka untuk adaptasi kedalam bentuk merchandise.
Setelah rilis Album “Anakto” EP; Apakah ada kejutan lainnya dari Talun Awan?
Sabar : Rencana kedepannya Talun Awan akan split album dengan Ramayana Soul. Rencananya akan dirilis dalam bentuk CD dan kaset.
Bagaimana akhirnya bisa sepakat untuk kerja sama dengan Ramayana Soul untuk rilis split album?
Sabar: Talun Awan sewaktu itu mengisi acara opening di toko salah satu personil Ramayana Soul, yaitu Ivon Destian. Disaat itu juga berpikiran untuk split album dan langsung dapat respon sewaktu mengajak mereka kolaborasi.
Ada karya apa saja nih yang bisa disimak lebih lanjut di split album bersama Ramayana Soul?
Sabar : Ada satu lagu dimana Ivon menjadi vokalis dan Angga mengisi posisi sitar.
Apakah ada Pesan dan Kesan?
Sabar : Saya mau ngucapin terima kasih sama projek kreatif yang tidak jelas ini semoga bermanfaat untuk semuanya dan langgeng juga.
Estu : Sama sakinah.